SEJARAH ISLAM
A.
Islam Pada Masa Rasulullah SAW
1. Kehidupan Awal Nabi Muhammad SAW
Muhammad lahir tanpa banyak perhatian orang. Dalam masyarakat
yang dikuasai cukong dan banker besar, mungkin dengan gema gemuruh tentara
gajah yang nyaris melenyapkan mereka, lahirlah bayi dari seorang janda miskin,
tentu sangat biasa seperti angin gurun. Memang ada sentuhan kebesaran karena ia
anggota bangsawan Quraisy. Ayahnya telah tiada dan kakeknya Abdul Muthalib sangat
sudah uzur. Boleh sedikit gembira karena yang lahir itu bayi laki-laki, di negeri
di mana pria adalah segalanya, tetapi tidak lebih dari itu. [1]tidak
seorang pun berfikir bahwa pada hari itu, Senin 12 Rabiul Awwal 570 M, telah
lahir seorang Rasul dalam wilayah Timur Tengah yang kelak mendulang sukses
dalam dakwahnya sehingga menggemparkan dunia.
Nabi Muhammad saw. adalah anggota Bani Hasyim, suatu
kabilah yang kurang berkuasa dalam suku Quraisy. [2]Muhammad
lahir dalam keadaan yatim, karena ayahnya meninggal dunia tiga bulan setelah ia
menikahi Aminah, sesuai dengan adat kebiasaan orang Arab yang menyerahkan
pemeliharaan anak kepada orang lain, Muhammad dirawat oleh Halimah Sa’diyah,
seorang ibu yang berasal dari bani Sa’id, suatu bani yang terkenal lughat Arab
paling murni, indah dan fasih disemenanjung Arabia. [3]Muhammad
dibesarkan dalam asuhan Halimah selama 4 tahun. Setelah itu, selama kurang
lebih dua tahun dia berada dalam asuhan ibunya. Ketika berusia 6 tahun ibunya
meninggal sehingga Muahammad menjadi yatim piatu selanjutnya Muhammad diasuh
oleh kakeknya, Abdul Muthalib, 2 tahun kemudian sang kakek meninggal dunia.
Sang paman sangat sayang kepada keponakannya ini, hingga kemana pun pergi
Muhammad selalu diajaknya.
Pada usia 12 tahun, Muhammad ikut berdagang bersama
pamannya ke syiria. Dalam perjalanan mereka bertemu pendeta Kristen bernama
Buhairah yang melihat tanda-tanda kenabian pada Muhammad. Pada usia 25 tahun,
Muhammad berangkat ke Syiria membawa barang dagangan saudagar wanita kaya raya.
Khadujah terpesona dengan sifat-sifat Muhammad yang terpuji, kemudian
melamarnya dan mereka menikah.
2. Masa Kerasulan
a. Periode Mekah
Setelah menikah dengan khadijah, Muhammadsering
berkontemplasi kegua Hira’ berhari-hari untuk bertafakur, ketika usianya
menjelang 40 tahun. Pada suatu malam, tanggal 17 Ramadhan 611 M, malaikat
Jibril muncul dihadapannya mennyampaikan wahyu Allah yang perma (surat Al-Alaq:1-5). Setelah
mendapat wahyu Muhammad pulang dengan gemetar meminta isterinya menyelimutinya.
Dalam beberapa lama Jibril tidak muncul lagi. Sementara nabi Muhammad selalu
datang ke gua Hira’ untuk menantikannya. Dalam keadaan inilah turun wahyu yang
membawa perintah kepadanya (surat
Al-Mudatsir:1-7). Dengan turunnya perintah itu, mulailah Rasulullah berda’wah.
Mula-mula beliau melakukannya secara diam-diam dilingkungan keluarga sendiri
dan rekan-rekannya. Setelah beberapa lama dakwah dilakukan secara individual,
turunlah perintah dakwah secara terbuka. Pada mulanya menyeru kerabatnya dari
Bani Abdul Muthalib lalu masyarakat Arab umum.
Melihat dakwah nabi yang terang-terangan,
pemimpin-pemimpin Quraisy berusaha mengalangi seperti yang dikutip oleh badri
yatim, [4]
sehingga banyak aksi-aksi kekerasan dari kaum Quraissy terhadap nabi dan
pengikutnya. Pada tahun ke-5 kenabiannya, beliau mengajak hijrah keluar mekah,
yaitu kota Habsyah (Ethiopia ). Di sini mereka diterima
dengan baik oleh Negus, sang raja yang adil. Sepulang dari pengungsian selama
tiga bulan Rasulullah dan pengikutnya menemui tindakan yang lebih kejam, yaitu
pemboikotan kepada Bani Hasyim secara keseluruhan.
Pada tahun ke-10 Kerosulannya, pemboikotan berakhir,
tetapi Rosulullah mengalami cobaan ditinggalkan isteri tercinta khdijah, dan
sang paman karena ipanggil Allah, melihat kaum kafir Quraisy sangat senang,
sebatb 2 orang yang mereka segani telah tiada mereka semena-mena terhadap nabi
Muhammad saw. Tahun ini inipula terjadi peridtwa Isra’ dan Mi’raj.
Muh Zuhri [5]mengatakan
bahwa dakwah nabi pada periode Mekkah dikenal sebagai periode penanaman aqidah
dan akhlak.
b. Periode madinah
Pada saat Nabi Muhammad saw. Tiba di Madinah
masyarakat terbagi menjadi 3 golngan;
1. Kaum Anshor yang merupakan penduduk asli Madinah/kaum yang
membantu kepentingan nabi.
2. Kaum Muhajirin, yaitu pengikut nabi yang hijrah dari Mekah ke Madinah
untuk mencari perlindungan.
3. Kaum non muslim.
Dalam rangka memperkokoh masyarakat dan Negara baru di
Madinah, maka Rasulullah segera meletakan dasar-dasar kehidupan bermasyarakat,
pembangunan masjid, ukhuwah islamiyah, dan persahabatan dengan non muslim. Umat
Islam di Madinah mengalami kemajuan yang sangat pesat sehinggga orang-orang
mekah dan musuh lainnya menjadi cemas, dan mendorong untuk menyerang kaum
muslimin di Madinah.
Pertama, perang Badar, perang antara kaum muslimin
dengan musryik Quraisy pada tanggal 8 Ramadhan ke-2 Hijriah. [6]
yang dimenangkan oleh pasukan islam, dendam semakin membara didada kaum afir
Quraisy, sehinga memicu peperangan selanjutnya.
Kedua
perang Uhud, perang ini terjadi pada tahun ke Hijriah. Kafir Quraisy
membawa pasukan sekitar 3000 orang dan nabi menghadipanya dengan 1000 tentara.
Pada awalnya peperangan dimenangkan oleh tentara muslim. Akan tetapi menjelang
berakhir, barisan pemanah pasukan muslim meninggalkan pos penjagaanynya karena
tergiur harta rampasan perang.
Ketiga, perang Khandag (parit), perang ini terjadi
pada tahun ke-5 H. Dinamakan demikian karena dalam peperangan Rasulullah
membuat parit sebagai salah satu strategi perang yang diusulkan Salman
Al-Farisi. Peperangan ini dimenangkan oleh umat Islam.
Pada tahun ke-6 H, ketika ibadah haji sudah
disyariatkan, nabi memimpin sekitar seribu kaum muslim berangkat ke Mekkah, bukan
untuk berperang tetapi untuk beribadah. Namun pemuka Quraisy tidak menghendaki
kedatangan umjat Islam sekalipun untuk menunaikan ibadah haji. Akhirnya
diadakan perjanjian Hudaibiyah.
Selama 2 tahun perjanjian Hudaibiyah berlangsung,
Dakwahislam sudah menjangkau jazirah Arab. Menyaksikan umat Islam semakin kuat
pasca perjanjian Hubaidah, kaum kafir Quraisy memutuskan perjanjiansecara
sepihak. Akibatnya Rasulullah dan 10.000 tentaranya berangkat ke Mekkah untuk
menaklukan mereka. Tanpa perlawanan dari kaum Quraisy Mekkah dalam kekuasaan
nabi.
Pada tahun ke-10 H Nabi Muhammad saw menunaikan ibadah
haji ke Mekkah, rupanya ini merupakan haji wada’, sebab kurang lebih 3 bulan
setelah menunaikan ibadah haji Rasulullah berpulang kerahmatullah. Pada
kesempatan haji wada’, Nabi Muhammad saw menyamapaikan khotbah yang sangat
bersejarah.
Muh Zuhri[7] mengatakan bahwa dakwah nabi pada
periode Madinah dikenal sebagai periode
penatan dan pemapanan masayarakat.
B.
Islam pada Masa Khulafa’ Al- Rasyidin
Sampai
menutup amata, Rasulullah saw tidak pernah menunjuk seorang yang akan
menggantikannya sebagai pemimpin. Golongan Muhajirin dan Ansor hampir clash. Pada
saat itu, kaum Anshor menyelenggarakan musyawarah disebut saqifah[8].
Dengan semangat ukhuwah Islamiyah yang tinggi, Abu Bakar terpilihnsebagai
pemimpin pengganti Rasululah (Khalifah Rasulullah) yang pertama.
Abu Bakar menjadi khalifah di tahun 632 M, tetapi 2
tahun kemudian meninggal dunia. Masa pemerintahannya disibukkan dengan
usaha-usaha menylesaikan perang Riddah. Setelah meyelesaikan urusan perang
dalam negeri Islam. Ketika abu bakar mengirim keluar Arabia
dalam rangka memperluas wilayah Islam. Ketika abu bakar sakit dan masa ajalnya
sudah dekat. Ia menunjuk Umar sebagai penggantinya dengan maksud mencegah
terjadinya perselisihjan yang mungkin timbul dan memecaah belah umat Islam[9]
walaupun singkat. Abu Bakar banyak berjasa dalam memantapkan kembali aqidah
umat yang mulai goyah sepeninggal rasul.
Di zaman Umar gelombang ekspansi pertama terjadi,
seluruh daerah Syiria, Jazirah Arab, Palestina dan sebagian besar wilayah
Persia dan Mesir jatuh ke bawah kekuasaan Islam. Khalifah Umar bin Khattab
tidak hanya berhasil memperluas wilayah islam, tetapi berhasil dalam wilayah yang
luas dengan system administrasi kepemerintahan[10].
Umar menjabat sebagai khalifah selama 10 tahun. Beliau pemimpin yang tegas,
kuat, inovatif dan kreatif. Dalam mengelola pemerintahan. Adanya sistem-sistem
baru seperti dewan, lembaga yudikatif, tunjangan orang cacat, dan lain-lain.
Akhir hidup Umar sangat tragis, ia dibunuh oleh
seorang budak dari Persia bernama Abu Lu’lu’ah. [11]Untuk
mengangkat penggantinya Umar menunjuk dewan mudyawarah dan akhirnya menyetujui
Usman bin Affan sebagai khalifah ke-3 pengganti Umar.
Dimasa pemerintahan Usman agakberbeda dengan kepemimpinan
Umar, Usman cenderung lebih lunak dalam kebijakan-kebijakan politiknya. Mungkin
hal ini dipengaruhi oleh usia yang sudah
tidaj fresh lagi untuk menjalankan tugas-tugas berat sebagai pemimpin karena Umar
diangkat menjadi khlaifah usia 70 tahun atau memang karena wataknya. Pemerintahan
Umar berlangsung 12 tahun, ahli sejarah membagi menjadi 2 bagian yaitu 6 tahu
pertama konflik tidak terlalu mengganggu san 6 tahun ke-2 muncul perasaan
nepotisme.
Kendati masa pemerintahan Usman diwarnai dengan tuduhan-tuduhan
yang cukup memanaskan telinga, bukan berarti tidak ada kegitan penting. Seperti
mmperluas wilayah Islam, membangun bndungan, jalan-jalan, dan lain-lain.
Suatu klaya Usman yang terpenting ialah menyusun
kembali kitab suci Al-Qur’an. Akhir kehidupan Usman sama tragisnya dengan Uar,
ia tewas dibnuh gerombolan pemberontak yang tiba-tiba mengepung rumahnya.
Setelah Usman wafat, masyarakat beramai-ramai membaiat
Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah. Ali memerintah hanya 6 tahunm. Selama
pemerintahannya ia menghadapi berbagai pergolakan dari pihak-pihak Thalhah,
Zubai, dan lain-lain. Ali bahkan terlibat perang jama’ adengan Thalhah, Zubair
dan Aisyah. Puncak semua itu adalah perang Saffin, yaitu perang melawan pasukan
Mu’awiyah. Dan perang diakhiri dengan tahkim. Tetapi tahkim tidak menyelesaikan
maslah malah menambah masalah baru. Muncul golongan khawarij yang keluar dari
barisan Ali dan golongan yang masih setia kepada Ali. Posisi Ali makin
terjepit, akhirnya iapun tewas dibunnuh salah saru anggota Khawarij.
Posisi ali
sempat digantikan oleh putranya, Hasan, selama beberpa bulan. Namun
karena Mu’awiyah lebih kuat Hasan pun kalah secara pilitis. Kekuasaan
selanjutnya berpindah tangan kepada mu’awiyah dan berakhirnya masa khulafa’
al-rasyidin.
C.
Masa Kemajuan Umat
Islam
1. Zaman Bani Umayyah
Perpindahan kekuasaan kepada mu’awiyah mengakhiri
bentuk pemerintahan demokratis kekhalifahan menjadi monarchi beredities
(kerajaanturun temurun). Dinastibani uayyah yang didirikan olehmu’awiyah
berumur kurang lebih90 tahun dari di zaman ini, ekspansi yang sempat
terhentidizaman kedua khaaalifah terakhir dilanjutkan. [12]khalifah-khalifah
besar dinasti bani umayyah adalah mu’awiyah ibn abi sufyan, al walid ibn al
malik, umar ibn aziz, dan hisyam ibn abd al-malik.
Disebelah timur Mu’awyah dapat menguasai daerah
khurasan sampai ke sungai Oxus dan Afganistan sampai ke Kabul. Ekspansi kebarat
terjadi di zaman Al-Walid menundukkan Aljazair dan Maroko pasukan Islam memperoleh
kemenangan dengan mudah di spanyol karena mendapat dukungan dari rakyat
setempat yang menderita akibat kekejaman penguasa. Setelah dikuasai umat Islam
spanyol menjadi satu-satunya negeri di eropa yang mengalami masa pencerahan
karaena kemajuan dibidang pendidikan, perdagangan, dan peranian.
Selain memperluas wilayah Islam. Bani Umayah juga
melakukan pembengunan berbagai bidang. Bidang bahasa dan administrasi diubah
dari bahasa Yunani dan Pahlawi kebahasa arab. Puncak kejayaan dinasti umayyah
terjadi pada masa pemerintahan al-wahid i
Namun sepeninggalan bani umayyah diperintah oleh
khgalifah Yazid ibn abd al-malik, seorang penguasa yang gandrung dewngan
kemewahan dan kurang memperhatikan rakyatnya. Akibatnya, kehidupan masyarakat
yang sebelumnya damai dan sejahtera menjadi kacau dan sengsara . kerusuhan
terus berlanjut sampain masa pemerinyahanhiosyam ibnabd al-malik.
a. Ketidakcakapan para
penguasa dan buruknya moral.
b. Persaingan antar suku
c. Mekanisme kepemimpinantidak
jelas
d. Perlakuan tidak adil kepada
mawali
e. Propaganda dan gerakan syiah yang tidak mendukung bani umayyah.
2. Zaman Bani Abbasiyah
Pemerintahan bani Abbasiyah berlangsuing 524 tahun[14].
Abu Abbas Al-Saffah dinobatkan sebagai khalifah pertama dinasti Abbasiyah.
Dasar-dasar pemerintahan bani Abbasiyah diletakkan dan dibangun oleh Abu Al-Abbas
dan Abu Ja’far Al-Mansur. Puncak
keemasan dari dinasi ini berada pada tujuh khalifah setelahnya, Al-Mahdi, Al-Hadi,
Al Rasyid, Al-Ma’mum, Al-Mi’tasim, Al-Wasiq, dan Al-Mutawakil.
Perbedaan
yang mentolok antara bani Umayyah dengan bani Abbasiyah adalah perbedaan
orientasi. Bani Umayyah lebih berorientasi perluasan wilayah (ekspansi)
kekuasaan Islam, sedangkan bani Abbasiyah lebih berorientasi kepada pembinaan
kebudayaan dan peradaban Islam. Kemajuan bagnsa mongol secara besar-besaran
terjadai pada masa pemerintahan yasugi bahadur khan yang berhasil menyatukan 13
suku. Setelah ia wafat digantikan putranya Timujin (13 tahun) pada tahun 1206 M
ia mendapat gelra jangis khan (chingiz khan) raja yang perkasa dan agung.
Jangis khan membagi wilayah kekuasaannya menjadi 4
bagian kepada 4 putranya: Juchi, Chatagai, Ogotai, dan Tuli Khan. Sementara Tuli
Khan menguasai khurasan dengan mudah menguasai Irak, karena kekuatan umat Islam
sudah melemah akibat terpecah belah. Ia meninggal dunia dan digantikan putranya
Hulagu Khan. Episode baru kejayaan Mongol terhadap umat Islam dimulai.
Pada tahun 1258 M/ 65667 H tentara Mongo, dibawah
komando Hulagu tiba disalah satu pintu di Baghdad khalifah Al-Mu’tashim tak kuat
menahan serangan pasukan Hulagu, disaat-saat kritis, khalifah dikhianati oleh
wazirnya sendiri, sehingga akhrnya khalifah dan keluarga serta para pembesar
istana termasuk wazir dibunuh berakhirlah kekuasaan abbasiyah, di Baghdad.
Belum hilang trauma umat islam, datang lagi serangan
dari keturunan Mongol, yaitu Timur Lenk, yang berarti Timur Sipancang. Berbeda
dengan Hulagu. Penakluk kali ini sudah beragama Islam, tetapi kebiadaban dan
kekejaman sebagai bangsa yang nomaden masih melekat kuat. Bahkan di Afganistan ia membangun menara yang
terdiri dari susunan 200 mayat manusia yang dibalut dengan batu dan tanah liat.
[15] Namun, walaupun terkenal sebagai penguasa
yang sadis dalam ekpansinya, Timur Lenk tetap memperhatikan pengembangan islam.
Setelh Timur Lenk wafat, para penguasa penggantinya
tidak setangguh dirinya. Perang saudara memperebutkan wilayah kekuasaan.
Kehancuran umat Islam di tangan penakluk
dari bangsa mongol hulagu khan dan timur lenk.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, K. 1997. Sejarah
Islam (Tarikh Pramodern) Terj. Gufron A. Mas’adi.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Hashem, Faud. 1995. Sir’ah
Muhammad Rasulullah: Suatu Penafsiran Baru Cetakan ke-4. Bandung : Mizan.
Hasem, O. 1985. Saqifah: Awal Perselisihan Umat. Lampung:
Penerbit Yapi.
Hassan, Hassan Ibrahim. 1993. Sejarah Kebudayaan Islam terj. Adang
Affandi cetakan ke-3. bandung :
Remaja Rosdakarya.
Nasution, Harun. 2001. Islam Ditinjau dari berbagai Aspeknya jilid
I. Jakarta :
UI Press.
Syalabi, A. 2003. Sejarah dan Kebudayaan Islam jilid 3, alih bahasa
Muhammad Labib Ahmad. Jakarta:
Pustaka Al-Hasan Baru.
Yatim, Badri. 2004. Peradaban
Islam cetakan ke-16. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Zuhri, Muh. 1996. Hukum
Islam dalam Lintasan Sejarah. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
[1]
Faud Hashem, Sirah Muhammad Rasulullah: Suatu Penafsiran Baru, cetakan
ke-4 (Bandung : Mizan 1995), hlm. 78.
[2]
K. Ali, sejarah Islam (Tarikh Pramodern): terj. Gufron A. Mas’adi, (Jakarta : Raja Grafindo
Persada), hal. 25.
[3]
Lihat, K. Ali. Op. cit. hlm. 28.
[4]
Muhammad Husein Kaekal. Dikutif oleh Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam,
setkan ke-16, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2004). hlm. 20-21.
[5]
Muh. Zuhri, Hukum Islam dalam Lintasan Sejarah. (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 1996). hlm. 9.
[6]
Lihat, Badri Yatim. op. cit. hlm. 27.
[7]
Muh. Zuhri, op. cit. hlm. 13.
[8]
O. Hashem. Saqifah: Awal Perselisihan Umat. (Lampung: Penerbit Yapi.
1985). hlm.98.
[9]
Hassan Ibrahim hassan. Sejarah Kebudayaan Islam. Terj. Djahdan Human,
(Yogyakarta: Kota
Kembang. 1989). hlm. 38.
[10]
K. Ali, op. cit. hlm. 114.
[11]
Hassan Ibrahim Hassan, op. cit. hlm. 53.
[12]
Harun Nasution. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya. Jilid
I. (Jakarta :
UI Press, 2001). hlm. 55.
[13]
K. Ali, op. cit. hlm. 226-229.
[14]
A. Syalabi. Sejarah dan kebudayaan islam. Jilid 3, alih bahasa Muhammad
labib Ahmad, (Jakarta :
Pustaka Al-Husna Baru. 2003). Hlm. 17.
[15]
Hamka. Seperti dikutip oleh Badri Yatim. Op. Cit. hlm. 120.
Comments
Post a Comment