Skip to main content

Pengertian PEREKONOMIAN DUA SEKTOR (TERTUTUP TANPA KEBIJAKAN PEMERINTAH)

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Setiap manusia pasti berkaitan erat dan tidak akan pernah terlepas dari kegiatan ekonomi. Secara mendasar, kegiatan ekonomi yang sering dilakukan yaitu produksi, distribusi, dan konsumsi. Akan tetapi, secara lebih kompleks manusia atau individu juga melakukan yang namanya saving atau menabung. Untuk mewujudkan kegiatan tersebut, manusia harus senantiasa bekerja keras agar memperoleh pendapatan. Dimana ada pendapatan, pasti akan diikuti pula dengan pengeluaran.
Penerimaan atau pendapatan yang dihasilkan akan digunakan oleh pelaku rumah tangga untuk memenuhi biaya pengeluaran yang mereka butuhkan. Penerimaan yang mereka hasilkan tidak serta-merta habis untuk keperluan konsumsi saja, akan tetapi harus mempunyai sisa agar dapat ditabung. Untuk lebih jelasnya mengenai pendapatan dan pengeluaran para pelaku rumah tangga, alangkah baiknya kita belajar sedikit dengan makalah ini tentang Perekonomian Dua Sektor (Tertutup Tanpa Kebijakan Pemerintah).

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, kami dapat mengambil permasalahan sebagai berikut :
1.      Bagaimanakah pengertian perekonomian dua sektor (tertutup tanpa kebijakan pemerintah)?
2.      Bagaimanakah fungsi konsumsi dan tabungan dalam pendekatan ekonomi konvensional?
3.      Bagaimanakah fungsi konsumsi dan tabungan dalam pendekatan ekonomi Islam?
4.      Bagaimanakah fungsi investasi dalam pendekatan ekonomi konvensional?
5.      Bagaimanakah fungsi investasi dalam pendekatan ekonomi Islam?
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Perekonomian Dua Sektor (Tertutup Tanpa Kebijakan Pemerintah)
Perekonomian dua sektor sering disebut dengan perekonomian tertutup sederhana yang merupakan suatu perekonomian yang terdiri dari sektor rumah tangga dan sektor perusahaan. Pada perekonomian ini, pemerintah tidak ikut campur (baik berupa transaksi-transaksi luar negeri, pemungutan pajak, pengeluaran konsumsi pemerintah, dan sebagainya) dan tidak ada transaksi ekonomi dengan negara lain.[1]
Sedangkan pengertian perekonomian tertutup menurut Reksoprayitno (2000 : 40) sebagaimana dikemukakan dalam bukunya Anita Rahmawaty yaitu perekonomian yang tidak mengenal hubungan dengan negara lain. Pada perekonomian dua sektor, kegiatan ekonomi suatu negara hanya dilakukan oleh rumah tangga (househod) dan rumah tangga perusahaan (firm). Sektor rumah tangga menyerahkan faktor-faktor produksi yang dimiliki kepada perusahaan seperti tanah, modal, dan tenaga atau keahlian. Sedangkan bagi rumah tangga akan memperoleh imbalan dari perusahaan berupa sewa, bunga, upah, dan keuntungan. Kemudian pendapatan tersebut dibelanjakan oleh sektor rumah tangga kepada perusahaan untuk membeli barang dan jasa yang dihasilkan perusahaan untuk keperluan hidup anggota rumah tangga.[2]
Secara sederhana, rumus keseimbangan perekonomian dua sektor yang dikemukakan oleh Huda, et.al (2008 : 35) yang dikutip dari bukunya Anita Rahmawaty dapat dituliskan dengan persamaan Y = C + I. Hal ini mencerminkan kondisi antara output yang diproduksi (Y) = output yang dijual (C + I). Dan apabila sebagian pendapatan digunakan untuk konsumsi dan sebagian pendapatan digunakan untuk menabung maka akan muncul persamaan Y = C + S. Kedua persamaan tersebut dapat digabungkan menjadi C + I = C + S. Persamaan ini mencerminkan komponen penerimaan (C + S) sama dengan komponen pengeluaran (C + I). Untuk melihat hubungan antara tabungan dan investasi, dapat dirumuskan kembali dengan mengurangkan konsumsi dari setiap sisi persamaan sehingga diperoleh I = Y – C = S. Persamaan ini menunjukkan bahwa dalam perekonomian sederhana, tabungan identik dengan pendapatan dikurangi konsumsi.[3]

B.     Fungsi Konsumsi Dan Tabungan Dalam Pendekatan Ekonomi Konvensional
Menurut Keynes yang dikemukakan dalam bukunya Huda, et.al (2008 : 36) yang dikutip dari bukunya Anita Rahmawaty, pengeluaran konsumsi rumah tangga sangat dipengaruhi oleh besarnya pendapatan yang diterima. Dengan kata lain, konsumsi merupakan fungsi pendapatan C = f (Y) yang dalam persamaan dituliskan C = a + bY.
Keterangan :
C   : Besarnya pengeluaran konsumsi rumah tangga.
a    : Besarnya konsumsi yang tidak tergantung pada jumlah pendapatan atau konsumsi jika tidak ada pendapatan.
b    : Marginal Property to Consume (MPC = ∆C/∆Y) atau hasrat marginal dari masyarakat untuk melakukan konsumsi.
Y   : Pendapatan disposable (pendapatan yang siap digunakan untuk mengkonsumsi) a > 0 dan 0 < b < 1.
Kurva Fungsi Konsumsi Keynes
C                                                                                
                                                               Y = C
                                                                                       C         
C2                                    
    C1                                                                            ∆C
A                                    ∆Y
                                       
Y1                  Y2                    Y
Jika terjadi kenaikan dari Y1 ke Y2 atau sebesar (∆Y) akan mengakibatkan kenaikan konsumsi sebesar C1 ke C2 atau sebesar (∆C) sehingga proporsi kenaikan pendapatan lebih besar dibandingkan proporsi kenaikan konsumsi. Jika dikaitkan dengan keseimbangan perekonomian dengan memperhatikan sektor konsumsi yang dilakukan rumah tangga konsumen, maka diperoleh persamaan Y = C sehingga persamaan keseimbangan perekonomian adalah Y = a + bY.
Selain Keynes, muncul beberapa pandangan yang mengomentari fungsi konsumsi yang dikemukakan oleh Mankiw dalam bukunya Huda, et.al (2008 : 38) yang dikutip dari bukunya Anita Rahmawaty sebagai berikut :
1.      Franco Modigliani Dengan Hipotesis Daur Hidup (Life Cycle Hyphothesis)
Konsumsi siklus daur hidup menggunakan model perilaku konsumen untuk mempelajari fungsi konsumsi. Model ini digunakan untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi besarnya pendapatan disposable. Modigliani menekankan bahwa tingkat pendapatan bervariasi secara sistematis selama kehidupan seseorang dan tabungan menggerakkan pendapatan dari masa hidupnya.[4] Fungsi konsumsi yang ditawarkan Modigliani yaitu C = (W + RY) / T.
Keterangan : W : Kekayaan.
                      R : Masa Pensiun.
                      Y : Pendapatan.
                      T : Periode lama hidup.
2.      Milton Friedman Dengan Hipotesis Pendapatan Permanen (Permanent-Income Hyphothesis)
Pendapatan permanen adalah bagian pendapatan yang diharapkan orang untuk terus bertahan di masa depan. Friedman berpandangan bahwa konsumsi seharusnya bergantung pada pendapatan permanen karena pendapatan merupakan faktor dominan yang mempengaruhi tingkat konsumsi. Fungsi konsumsi yang ditawarkan Friedman yaitu C = αYP.

Dimana α  : Bagian dari pendapatan permanen yang dikonsumsikan.
YP : Pendapatan permanen.
Setelah diketahui fungsi konsumsi, maka dapat ditulis persamaan fungsi tabungan yaitu S = -a + (1 – b) Y.
Keterangan : (1 – b) disebut Marginal Propensity to Save (MPS) yang diartikan sebagai perbandingan antara pertambahan tabungan (∆S) dengan perubahan pendapatan disposable (∆Y) sehingga MPS = ∆S/∆Y.

C.    Fungsi Konsumsi Dan Tabungan Dalam Pendekatan Ekonomi Islam
Ada beberapa pandangan para ahli ekonomi Islam yang mengemukakan mengenai fungsi konsumsi sebagai berikut :
1.      Pandangan Fakhim Khan
Khan membagi tingkat pendapatan masyarakat menjadi dua, yaitu :
a.       Pendapatan yang berada diatas nisab (angka minimal aset yang terkena kewajiban zakat) dinotasikan YU (upper classes/golongan kaya).
b.      Pendapat yang berada dibawah nisab yang dinotasikan YL (lower classes/golongan miskin).
Selain itu, menurut Khan ada dua komponen pengeluaran konsumsi yang dilakukan rumah tangga konsumen, yaitu :
a.       Konsumsi dilakukan rumah tangga untuk kebutuhan sendiri (for self) dinotasikan E1.
b.      Konsumsi dilakukan rumah tangga untuk jalan menuju keridhaan Allah (cause of Allah) dinotasikan E2.
Fungsi konsumsi yang ditawarkan Khan yaitu C* = A0 + AU YU.
Kurva Fungsi Konsumsi Pendekatan Khan
C                                                                                             Y = C atau
                                                                                                Y = C*
               Saving (SU)                                       C          AU
                                                                                                C*
E2                                                                  a1
                                                               

a0
               
                                                               
       YU                                                      Y = Income
Persamaan konsumsi menurut Keynes diberi simbol C (consumption) dengan intersep a0 dan slope a1. Sedangkan persamaan konsumsi menurut Khan diberi simbol C* dengan intersep a0 + E2 atau (A0) dan slope AU. Besarnya nilai intersep (autonomous consumption), maka akan mengalami peningkatan sebesar E2 karena ada pengeluaran yang ditujukan untuk cause of Allah yang besarnya tidak tergantung pada jumlah pendapatan sehingga besarnya autonomous consumption (intersep) dalam model Keynes (a0) nilainya akan berbeda dengan model Khan (A0 = a0 + E2). Untuk MPC nampak bahwa area a1 lebih besar dibanding dengan area AU yang disebabkan karena bagian pendapatan yang digunakan untuk konsumsi rumah tangga itu sendiri berkurang sebesar pengeluaran yang dilakukan untuk cause of Allah (E2) sehingga jika dikombinasikan antara model Keynes dan model Khan maka C* = (a0 + E2) + a1(YU – E2).[5]
2.      Pandangan Metwally
Metwally mengembangkan fungsi konsumsi dalam perspektif  Islam menggunakan beberapa pendekatan hipotesis teori sebagai berikut :
a.       Hipotesis Pendapatan Mutlak
Hipotesis ini menyatakan bahwa konsumsi dalam periode waktu tergantung pada pendapatan siap konsumsi (disposable income) pada periode tersebut. Naiknya pendapatan akan meningkatkan konsumsi, namun peningkatan konsumsi lebih kecil dari peningkatan pendapatan sehingga hasrat konsumsi rata-rata (Average Propensity to Consume/APC) dan hasrat konsumsi marginal (Marginal Propensity to Consume/MPC) menurun dengan meningkatnya pendapatan. Metwally memasukkan peranan zakat, sehingga fungsi konsumsi dalam ekonomi Islam C = a + b (βY – αY) + δ [(1 – β) Y + αY].
Keterangan :
a + b (βY – αY)     : Fungsi konsumsi untuk pembayar zakat.
δ [(1 – β) Y + αY] : Fungsi konsumsi untuk penerima zakat.
Berdasarkan persamaan di atas, dapat diketahui APC dan MPC dalam ekonomi Islam :
APC = C/Y = a/Y + bβ – αb + δ (1 – β) + αδ
MPC = bβ – αb + δ (1 – β) + αδ
Berdasarkan kedua persamaan tersebut, dapat dinyatakan bahwa besaran APC maupun MPC dengan pendekatan ekonomi konvensional (APC = a/Y + b dan MPC = b) berbeda dengan pendekatan ekonomi Islam.
b.      Hipotesis Pendekatan Relatif (The Relative Income Hyphothesis)
Hipotesis ini menyatakan bahwa konsumsi sekarang tidak hanya ditentukan oleh pendapatan siap konsumsi pada masa sekarang (YS), namun juga pendapatan sebelumnya (YP) sehingga APC dan MPC konstan. Jika pendapatan sekarang lebih kecil dari pendapatan puncak, maka MPC < APC sehingga fungsi konsumsi C = (c + b) YP + bYS. Persamaan untuk saving dalam pendekatan ekonomi Islam :
S = Y – a – b (βY – αY) + δ [(1 – β) Y + αY]
S = Y – a – βY + bαY – δY + δβY – δαY
Dari persamaan tersebut, dapat diketahui persamaan APS dan MPS :
APS = S/Y = 1 – a/Y – β + bα – δ + δβ – δα
MPS = ∆S/∆Y = 1 – β + bα – δ (1 – β) – δα
Jika dibandingkan MPS pada sistem ekonomi konvensional (1 – b), maka jelas berbeda dengan MPS dalam sistem ekonomi Islam.[6]

D.    Fungsi Investasi Dalam Pendekatan Ekonomi Konvensional
Investasi didefinisikan sebagai pengeluaran perusahaan untuk membeli barang modal dan perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang dan jasa yang tersedia dalam perekonomian. Menurut Huda (2008 : 46-47) yang dikutip dari bukunya Anita Rahmawaty, terdapat tiga bentuk pengeluaran investasi, yaitu :

1.      Investasi tetap bisnis (business fixed investment).
2.      Investasi residensial (residential investment).
3.      Investasi persediaan (inventory investment).
Sehubungan dengan teori investasi, terdapat dua teori investasi dalam ekonomi konvensional, yaitu :
1.      Teori Investasi Neo Klasik
Teori ini pada dasarnya membahas kecepatan perusahaan dalam menyesuaikan stok kapital pada tingkat stok kapital yang diinginkan. Hipotesis penyesuaian kapital (akselerator fleksibel) menyatakan bahwa perusahaan merencanakan untuk menutup sebagian dari perbedaan antara stok kapital yang diinginkan dengan stok kapital aktual untuk setiap periode sehingga dapat dinyatakan persamaan K = K-1 + λ (K* - K-1).
Keterangan :
K              : Stok kapital aktual pada periode sekarang.
K-1            : Stok kapital pada akhir periode sebelumnya.
λ               : Koefisien penyesuaian.
K* - K-1 : Perbedaan antara stok kapital yang diinginkan dengan stok kapital aktual.
Perusahaan merencanakan untuk mempunyai stok kapital pada akhir periode (K) sehingga bagian 1 dari selisih antara stok kapital yang diinginkan K* dan stok kapital K-1 pada akhir periode terakhir dapat tertutup. Untuk meningkatkan stok kapital dari K-1 menuji K1 perusahaan harus mencapai sejumlah investasi netto (I = K – K-1) sehingga persamaan model akselerator fleksibel I = λ (K* - K-1). Persamaan ini menunjukkan bahwa investasi akan lebih besar jika semakin besar selisih antara stok kapital aktual yang diinginkan. Jika selisih (gap) itu nol, maka investasi netto adalah nol.
2.      Teori Investasi Keynes
Teori ini menyatakan bahwa faktor suku bunga merupakan faktor penting yang mempengaruhi investasi karena mencerminkan biaya penggunaan dana. Faktor lain yang mempengaruhi investasi yaitu pembelian barang modal dan pengoperasian, pajak perusahaan, perubahan teknologi, ekspektasi keuntungan dan banyak barang modal yang dimiliki. Sedangkan keputusan untuk melakukan investasi tergantung pada perbandingan antara keuntungan yang diharapkan dengan biaya penggunaan dana atau bunga. Dalam pendekatan MEC (Marginal Efficiency of Capital/Tingkat Keuntungan Yang Diharapkan), langkah pertama yang harus dilakukan adalah menentukan tingginya nilai MEC proyek investasi. Setelah itu nilai tersebut dibandingkan dengan tingkat bunga pasar, yaitu :
a.       Bila MEC > tingkat bunga (r), maka proyek investasi dianggap menguntungkan sehingga layak dilaksanakan.
b.      Bila MEC < tingkat bunga (r), maka proyek investasi dianggap tidak menguntungkan sehingga tidak layak dilaksanakan.
MEC didefinisikan sebagai tingkat diskonto yang menyamakan nilai sekarang pada sebuah proyek investasi dengan besarnya modal yang diperlukan untuk ditanam dalam proyek tersebut. Nilai MEC sebuah proyek investasi ditemukan menggunakan rumus :
C =            R1            +            R2           +  ……  +          Rn
          (1 + MEC)1           (1 + MEC)2                         (1 + MEC)n
Keterangan :
C : Besarnya modal yang diperlukan.
R : Penerimaan bersih yang diperkirakan diperoleh investasi per periode.
1, 2, …n : periode ke 1, periode ke 2, dan periode ke n adalah perkiraan umur ekonomi proyek investasi.[7]

E.     Fungsi Investasi Dalam Pendekatan Ekonomi Islam
Fungsi investasi dalam pendekatan ekonomi Islam tentu berbeda dengan fungsi investasi dalam pendekatan ekonomi konvensional karena fungsi investasi dalam ekonomi konvensional dipengaruhi tingkat suku bunga dimana dalam hal ini tidak berlaku dalam pendekatan ekonomi Islam. Menurut Metwally dalam bukunya Huda (2005 : 49) yang dikutip dari bukunya Anita Rahmawaty, investasi di negara-negara penganut ekonomi Islam dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu :
1.      Ada sanksi terhadap pemegang aset yang kurang atau tidak produktif.
2.      Dilarang melakukan berbagai bentuk spekulasi dan berbagai macam judi.
3.      Tingkat bunga untuk berbagai pinjaman sama dengan nol, maka seorang muslim boleh memilih tiga alternatif, yaitu :
a.       Memegang kekayaan dalam bentuk uang kas.
b.      Memegang tabungannya dalam bentuk aset tanpa berproduksi.
c.       Menginvestasikan tabungannya.
Dari faktor di atas menunjukkan bahwa dalam ekonomi Islam, tingkat bunga tidak masuk dalam hitungan investasi. Tabungan yang tidak disalurkan ke investasi nyata, maka seseorang akan terbebani zakat. Investasi dalam ekonomi Islam adalah fungsi dari tingkat keuntungan yang diharapkan yang bergantung pada pangsa keuntungan relatif antara investor dan penyedia dana sebagai mitra usaha. Fungsi investasi dalam ekonomi Islam dirumuskan :
I = f (r, ZA, Zƞ µ) dan r = f (SI/SF)
Keterangan :
I     : Permintaan akan investasi.
r     : Tingkat keuntungan yang diharapkan.
SI  : Bagian keuntungan atau kerugian investor.
SF  : Bagian keuntungan atau kerugian peminjam dana.
ZA  : Tingkat zakat atau aset yang kurang atau tidak produktif.
ZÆž  : Tingkat zakat atas keuntungan investasi.
µ    : Pengeluaran lain-lain zakat atas aset yang tidak produktif.
Karena nilai ZA dan Zƞ (tingkat zakat) besarnya tetap, maka disederhanakan menjadi I = f (r, µ). Dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi besar kecilnya investasi adalah :
1.      Tingkat keuntungan yang diharapkan.
2.      Pengeluaran lain-lain zakat atas aset yang produktif.
Kurva Hubungan Antara Tingkat Keuntungan Yang Diharapkan Dan Investasi
        Tingkat keuntungan yang diharapkan (r)



r2
  r1

               




I1        I2                                  I = Investasi
Terdapat hubungan positif antara tingkat investasi dengan tingkat keuntungan yang diharapkan, artinya jika tingkat keuntungan yang diharapkan mengalami kenaikan, maka akan meningkatkan tingkat investasi. Sebaliknya, jika tingkat keuntungan yang diharapkan mengalami penurunan, maka akan menyebabkan penurunan tingkat investasi.[8]















BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      Pengertian Perekonomian Dua Sektor (Tertutup Tanpa Kebijakan Pemerintah)
Perekonomian dua sektor sering disebut perekonomian tertutup sederhana yang merupakan suatu perekonomian yang terdiri dari sektor rumah tangga dan sektor perusahaan. Pemerintah tidak ikut campur (transaksi-transaksi luar negeri, pemungutan pajak, pengeluaran konsumsi pemerintah, dan sebagainya) dan tidak ada transaksi ekonomi dengan negara lain.
2.      Fungsi Konsumsi Dan Tabungan Dalam Pendekatan Ekonomi Konvensional
Pengeluaran konsumsi rumah tangga sangat dipengaruhi oleh besarnya pendapatan yang diterima. Dengan kata lain, konsumsi merupakan fungsi pendapatan C = f (Y) yang dalam persamaan dituliskan C = a + bY.
3.      Fungsi Konsumsi Dan Tabungan Dalam Pendekatan Ekonomi Islam
Beberapa pandangan para ahli ekonomi Islam yang mengemukakan mengenai fungsi konsumsi yaitu :
a.       Pandanga Fakhim Khan
Ada dua komponen pengeluaran konsumsi yang dilakukan rumah tangga konsumen, yaitu :
1)      Konsumsi dilakukan rumah tangga untuk kebutuhan sendiri (for self) dinotasikan E1.
2)      Konsumsi dilakukan rumah tangga untuk jalan menuju keridhaan Allah (cause of Allah) dinotasikan E2.
Fungsi konsumsi yang ditawarkan Khan yaitu C* = A0 + AU YU.
b.      Pandangan Metwally
Metwally mengembangkan fungsi konsumsi dalam perspektif  Islam menggunakan dua pendekatan hipotesis teori, yaitu :

1)      Hipotesis pendapatan mutlak.
2)      Hipotesis pendekatan relatif (the relative income hyphothesis).
4.      Fungsi Investasi Dengan Pendekatan Ekonomi Konvensional
Terdapat dua teori investasi dalam ekonomi konvensional, yaitu :
a.       Teori Investasi Neo Klasik
Kecepatan perusahaan dalam menyesuaikan stok kapital pada tingkat stok kapital yang diinginkan.
b.      Teori Investasi Keynes
Faktor suku bunga merupakan faktor penting yang mempengaruhi investasi karena mencerminkan biaya penggunaan dana.
5.      Fungsi Investasi Dalam Pendekatan Ekonomi Islam
Investasi dalam ekonomi Islam adalah fungsi dari tingkat keuntungan yang diharapkan yang bergantung pada pangsa keuntungan relatif antara investor dan penyedia dana sebagai mitra usaha.

B.     Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami paparkan. Mudah-mudahan bisa bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi pembacanya. Dan tidak lupa kritik dan sarannya sangat kami harapkan untuk memperbaiki pembuatan makalah yang selanjutnya. Apabila ada kesalahan penulisan maupun penyampaian, serta kurangnya pengetahuan, kami mohon maaf. Dan sesungguhnya kebenaran semata hanyalah dari Allah SWT. Semoga bermanfaat. Amin.

Daftar Pustaka

Anita Rahmawaty, Ekonomi Makro Islam, STAIN Kudus, Kudus, 2009.
Eko Suprayitno, Ekonomi Islam, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2005.
Soeratno, Ekonomi Makro Pengantar, STIE Yayasan Keluarga Pahlawan Negara, Yogyakarta, 2004.



[1] Soeratno, Ekonomi Makro Pengantar, STIE Yayasan Keluarga Pahlawan Negara, Yogyakarta, 2004, hal., 53.
[2] Eko Suprayitno, Ekonomi Islam, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2005, hal., 50.
[3] Anita Rahmawaty, Ekonomi Makro Islam, STAIN Kudus, Kudus, 2009, hal., 63 - 64.
[4] Eko Suprayitno, Op. Cit., hal., 106.
[5] Anita Rahmawaty, Op. Cit., hal., 75.
[6] Ibid, hal., 77.
[7] Ibid, hal., 81.
[8] Ibid, hal., 85.

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

EFEKTIVITAS METODE EKSPLORASI MASALAH MATEMATIS DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KOGNITIF PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA

  Abstract Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah metode pembelajaran eksplorasi masalah matematis (EMM) lebih efektif daripada metode pembelajaran demonstrasi dalam pengajaran matematika khususnya bentuk soal cerita pada siswa kelas IV di SD IT Al Anwar Mayong Jepara tahun pelajaran 2018/2019. Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian lapangan (Field Research) dengan pendekatan kuantitatif, desain penelitian eksperimen murni (true experimental). Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD IT Al Anwar Mayong Jepara berjumlah 67 siswa. Sedangkan teknik pengumpulan sampelnya adalah Probability sampling dengan jenis rondom sampling. Selanjutnya dengan taraf kesalahan pengambilan sempel 1% didapatkan 63 sampel. Dimana, hasilnya kelas IV Ar rohim dengan jumlah 32 siswa sebagai kelas eksperimen. Sedangkan untuk kelas kontrol adalah kelas Ar rahman sebanyak 31 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan metode tes, wawancara dan dokumentasi. Setelah dilakuk

Pengaruh Pendekatan Realistic Mathematics Education Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik

Abstract Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui pendekatan Realistic Mathematics Education dan kemampuan berfikir kritis (2) Untuk mengetahui kemampuan berfikir kritis (3) Untuk mengetahui pengaruh pendekatan Realistic Mathematics Education terhadap kemampuan berfikir kritis peserta didik kelas V. Pendekatan penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Sedangkan sesuai jenis penelitian, maka ini adalah penelitian korelasi. Disini peneliti mengambil lokasi di MI NU Tarbiyatul Islam Loram Wetan Jati Kudus. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan metode angket dan tes. Sedangkan teknik analisis data yang dilakukan dengan menggunakan uji hipotesis deskriptif dan uji hipotesis asosiatif. Hasil penelitian yang didapatkan di antaranya yaitu (1) Pendekatan Realistic Mathematics Education sangat efektif karena hasil analisis data menunjukkan bahwa nilai taraf signifikansi pendekatan Realistic Mathematics Education lebih besar dari nilai taraf signifikansi yang

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PSIKOMOTORIK SISWA

  Abstract Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Model pembelajaran student facilitator and explaining pada mat a pelajaran pendidikan agama Islam materi mernahami tatacara sholat jumat di SMP Negeri 5 Blora. 2) Peningkatan kemampuan psikomotorik siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Islam materi memahami tatacara sho1at jumat di SMP Negeri 5 Blora. 3) Model Pembelajaran Student Facilitator And Explaining untuk Meningkatkan Kemampuan Psikomotorik Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam materi Memahami Tatacara Sholat Jum'at di SMP Negeri 5 Blora Metode penelitian yang digunakan dalam peneIitian ini adalah yaitu metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan melalui wawancara terhadap instansi yang terkait yaitu srvw Negeri 5 Blora, mengenai implementasi model pembelajaran student facilitator and explaining untuk meningkatkan kemampu.an psikomotorik siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Islam materi memahami tatacara sholat j