WAWASAN SEBAGAI PENDIDIK
DALAM KELUARGA YANG ISLAM
(PENDIDIKAN SEBELUM LAHIR)
A. Pendahuluan
Pendidikan merupakan faktor
utama dalam pembentukan pribadi manusia. Disisi lain proses perkembangan dan
pendidikan manusia tidak hanya terjadi dan dipengaruhi oleh proses pendidikan
yang ada dalam sistem pendidikan formal (sekolah) saja. Manusia selama hidupnya
selalu akan mendapat pengaruh dari keluarga, sekolah dan masyarakat luas.[1]
Keluarga merupakan lembaga
pendidikan tertua, bersifat informal, yang pertama dan utama dialami oleh anak.
Terutama dalam keluarga islam, orang tua bertanggung jawab memelihara, merawat,
melindungi dan mendidik anak sesuai dengan ajaran islam (sesuai Al-Qur’an dan
hadits) agar tumbuh dan berkembang dengan baik.
Pendidikan manusia tidak hanya
dilakukan setelah lahir saja, tetapi pada saat sebelum lahirpun (dalam
kandungan) seorang anak hendaknya mendapatkan pendidikan agar anak berkembang
dengan baik sebagai penunjang nantinya
setelah lahir.
B. Permasalahan
Dalam makalah ini penulis
bermaksud mengangkat beberapa permasalahan sebagai berikut:
1.
Hadits tentang proses penciptaaan
manusia dan terjemahannya
2.
Takhrij hadits
3.
Kandungan hadits
4.
Pendidikan manusia sebelum lahir
C.
Pembahasan
1.
Hadits tentang proses penciptaaan
manusia dan terjemahnya
Atinya:
Telah menceritakan kepadaku Hannad,
telah menceritakan kepadaku Abu Mu’awiyah dari A’masy dari Zaid bin Wahab dari
Abdullah bin Mas’ud dia berkata: “Rasulallah SAW telah mnceritakan pada kami
dan beliau adalah orang yang benar dan dibenarkan: “sesungguhnya setiap orang
diantara kamu (manusia) Pembentukannya (penciptaanya) dihimpun dalam perut
ibunya selama 40 hari kemudian berubah menjadi segumpal darah dalm tempo yang
sama pula, kemudian Allah mengutus seorang malaikat datang kepadanya agar meniupkan
ruh, dan dia diperintah membawa empat penentuan: yaitu menuliskan rezeki. Ajal
dan perxuatannya serta menjadi orang celaka atau bahagia. Maka demi Allah yang
tiada tuhan selain Dia, sesungguhnya seseorang diantara kamu melakukan
perbuatan ahli surga hingga tiada jarak antara dia dan surga kecuali sehasta
belaka? Maka ketentuan yang tertulis akan menang, lalu dia melakukan perbuatan
ahli neraka, hingga tiada jarak antara dia dan neraka kecuali sehasta belaka
akan tetapi ketentuan yang tertulis akan menang, lalu pada akhirnya dia
melakukan perbuatan ahli surga maka masuklah dia ke surga.
2.
Takhrij hadits
Skema
sanad hadits
Rosulullah SAW
Abdullah
bin Mas’ud
Zaed bin Wahab
A’masy
Abu
Mu’awiyah
Hannad
Tirmidzi
Dalam kitab Sunan Tirmidzi dijelaskan bahwa hadits ini
adalah hasan shohih.
3.
Kandungan Hadits
Pada hadits diatas dijelaskan
bahwa dalam kandungan ibunya manusia mengalami empat periodesasi. Pertama,
periode nuthfah (dalam bentuk sperma) selama empat puluh hari. Kedua, periode
‘alaqoh (gumpalan darah) selama empat puluh hari. Ketiga, periode mudghoh
(gumpalan daging) selama empat puluh hari. Keempat adalah periode yang terakhir
yaitu setelah ditiupnya ruh ke dalam tubuh janin.[3]
Sebelum berumur empat bulan
janin belum dapat dihukumi sebagai manusia yang hidup. Atas dasar ini jika bayi
keluar sebelum kandungan itu genap berumur empat bulan, maka ia tidak
dimandikan, tidak dikafani dan tidak disholatkan karena ia belum dapat disebut
seorang manusia. Setelah kandungan berusia empat bulan, Allah mengutus malaikat
untuk meniupkan ruh kepadanyamaka ia telah positif dihukumi sebagai manusia
yang hidup. Jadi, jika setelah itu kandungan keluar maka ia dimandikan,
dikafani dan disholati sebagaimana jika janin itu telah genap berusia sembilan
bulan.[4]
Ketika masih dalam kandungan,
manusia telah diberikan oleh Allah takdirnya masing-masing, yaitu takdir
mengenai rizki, amal, ajal dan apakah manusia tersebut akan celaka ataukah
bahagia.
Pada hadits tersebut juga
dijelaskan bahwa segala sesuatu (rizki, amal, ajal dan bahagia atau celaka)
telah ditetapkan oleh Allah dengan batas waktu tertentu yaitu dengan takdir,
yang mana takdir tersebut tidak dapat didahulukan dan diakhirkan.
Selain pada hadits tersebut,
proses kejadian manusia juga telah dijelaskan oleh Allah, yaitu dalam Al-Qur’an
surat Al-Hajj ayat lima sebagai berikut:[5]
$ygr'¯»t â¨$¨Z9$# bÎ) óOçFZä. Îû 5=÷u z`ÏiB Ï]÷èt7ø9$# $¯RÎ*sù /ä3»oYø)n=yz `ÏiB 5>#tè? §NèO `ÏB 7pxÿõÜR §NèO ô`ÏB 7ps)n=tæ ¢OèO `ÏB 7ptóôÒB 7ps)¯=sC Îöxîur 7ps)¯=sèC tûÎiüt7ãYÏj9 öNä3s9 4
É)çRur Îû ÏQ%tnöF{$# $tB âä!$t±nS #n<Î) 9@y_r& wK|¡B §NèO öNä3ã_ÌøéU WxøÿÏÛ ¢OèO (#þqäóè=ö7tFÏ9 öNà2£ä©r& (
Nà6ZÏBur `¨B 4¯ûuqtGã Nà6ZÏBur `¨B tã #n<Î) ÉAsör& ÌßJãèø9$# xøx6Ï9 zNn=÷èt .`ÏB Ï÷èt/ 8Nù=Ïæ $\«øx© 4
ts?ur ßöF{$# ZoyÏB$yd !#sÎ*sù $uZø9tRr& $ygøn=tæ uä!$yJø9$# ôN¨tI÷d$# ôMt/uur ôMtFt6/Rr&ur `ÏB Èe@à2 £l÷ry 8kÎgt/ ÇÎÈ
Artinya:
Hai manusia, jika kamu dalam
keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), Maka (ketahuilah) Sesungguhnya kami
Telah menjadikan kamu dari tanah, Kemudian dari setetes mani, Kemudian dari
segumpal darah, Kemudian dari segumpal daging yang Sempurna kejadiannya dan
yang tidak sempurna, agar kami jelaskan kepada kamu dan kami tetapkan dalam
rahim, apa yang kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, Kemudian
kami keluarkan kamu sebagai bayi, Kemudian (dengan berangsur- angsur) kamu
sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan
(adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia
tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya Telah diketahuinya. dan kamu
lihat bumi Ini kering, Kemudian apabila Telah kami turunkan air di atasnya,
hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan
yang indah.
4.
Pendidikan manusia sebelum lahir
Islam melihat bahwa masalah
pendidikan sebaiknya dilakukan dari sejak dini, yaitu dimulai dari masa
pranikah, lalu masa kehamilan, sampai fase terakhir masa pendidikannya,. Dimana
anak telah telah memiliki kebebasan dalam menentukan sikap dan bertindak
setelah rasa percaya dirinya tumbuh dengan sempurna.[6]
Pendidikan sebelum lahir adalah
pendidikan yang dilakukan mulai saat calon ayah dan calon ibu bertemu tentu
melalui proses yang sesuai dengan ketentuan Allah dan RasulNya.[7]
Selama janin dalam kandungan,
kedua orang tua hendaknya selalu berbuat kebaikan, menghindari perbuatan yang
menyalahi aturan Allah dan RasulNya, tidak melakukan perbuatan yang merugikan
orang lain dan tidak melakukan perbuatan yang dapat menganiaya binatang.
Janin yang belum lahir mampu
menghayati pengaruh-pengaruh psikis dari kedua orang tuanya sehingga pendidikan
bagi anak manusia berlangsung sejak janin itu ada dalam kandungan ibunya.[8]
Sejak wanita/ibu dinyatakan
positif hamil, sebelum usia janin 120 hari dan bahkan sampai melahirkan nanti,
para wanita /ibu yang sedang hamil dianjurkan untuk selalu melakukan kegiatan
positif yang bermanfaat buat janin dan dirinya, diantaranya adalah:
1.
Membaca Al-Qur’an
2.
Berdoa
3.
Berdzikir (mengingat Allah dengan
hati, lisan dan perbuatan)
4.
Membaca sholawat
5.
Bersyukur atas segala hal
6.
Mengatur emosi saat ada hal yang
kukrang berkenan dihati
7.
Selalu berfikiran posotif
8.
Menambah ilmu pengetahuan tentang
agama, perkembangan dan kesehatan janin, persiapan melahirkan, nama-nama islami
dan pendidikan anak
9.
Memenuhi makanan bergizi, terutama
untuk perkembangan janin agar menjadi manusia yang sehat, cerdas, sukses dan
kuat.
10.
Menjaga kesehatan dan keselamatan
diri dan janin dengan berkonsultasi kepada dokter atau ahlinya.[9]
D. Kesipulan
Manusia terjadi dari dua unsur,
yaitu unsur materi berupa sperma yang kemudian berproses menjadi darah, daging,
tulang dan bentuk fisik yang sempurna. Yang kedua yaitu unsur rohani atau ruh
yang dihembuskan ke dalam rahim pada saat proses jasmani telah mencapai usia
empat bulan. Ketika masih dalam kandungan, manusia telah diberikan oleh Allah
takdirnya masing-masing, yaitu takdir mengenai rizki, amal, ajal dan apakah
manusia tersebut akan celaka ataukah bahagia.
Proses pendidikan manusia
sebelum lahir adalah pendidikan yang dimulai saat calon ayah dan ibu bertemu tentu
melalui proses yang sesuai ketentuan Allah dan RasulNya. Ketika janin dalam kandungan,
orang tua hendaknya selalu berbuat baik karena janin yang masih dalam kandungan
dapat menangkap pengaruh-pengaruh psikis kedua orang tuanya.
DAFTAR PUSTAKA
Hasan, M.Ali, dan Nata, Abudin, Materi
Pokok Agama Islam, direktorat jendral pembinaan kelembagaan agama islam dan
universitas terbuka, 1998.
Kartono, Kartini, Psikologi Anak
(Psikologi Perkembangan), Cet VI, Bandung :Mandar
Maju,2007.
Sunan Tirmidzi
Terjemah Hadits Arba’in Nawawi
http//www.alhassanain.com
http//www.alquran-indonesia.com
http//www.hadits.al-islam.com
[1]http//www.alhassanain.com
[3]http//www.alhassanain.com
[4]
http//www.alhassanain.com
[5] Hasan,
M.Ali, dan Nata, Abudin, Materi Pokok
Agama Islam, direktorat jendral pembinaan kelembagaan agama islam dan
universitas terbuka, 1998.
[6]http//www.alhassanain.com
[7]http//www.hadits.al-islam.com
[8]
Kartono, Kartini, Psikologi Anak (Psikologi
Perkembangan), Cet VI, Bandung :Mandar
Maju,2007.
[9] http//www.alquran-indonesia.com
Comments
Post a Comment