Skip to main content

PENGERTIAN HADITS MACAM-MACAM HADITS DAN PEMBAGIANNYA

BAB I
PENDAHULAUN


A.  Latar Belakang Masalah
Roda kehidupan terus berputar tanpa bisa diulang. Banyak kendala atau masalah yang dihadapi oleh umat islam mulai zaman dulu hingga sekarang baik yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari atau yang lainnya, yang terkadang membuat orang hilang kendali yang akhirnya memilih jalan pintas tanpa berfikir panjang bahwa manusia itu diberi pegangan hidup untuk menjalani kehidupan yang lebih baik.
Untuk itu dibutuhkan sumber rujukan hukum dalam menyelesaikan masalah yaitu Al-Qur’an dan hadits, sebab itu seluruh umat islam sepakat menjadikan hadits sebagai sumber hukum yang kedua setelah Al-Qur’an, yang digunakan untuk memecahkan masalah atau problematika kehidupan yang mereka hadapi. kemugkinan besar tanpa kita kembalikan masalah tersebut pada sumber yang telah menjadi pegangan (Al-Qur’an & hadits) maka akan kesulitan dalam menyelesaikannya.
Untuk itu hadits sebagai pegangan atau pedoman yang memegang peranan penting dalam kelangsungan hidup tidak boleh ditinggalkan.
B.  Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan tersebut, maka timbulah beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
Ø  Pengertian hadits nabi
Ø  Awal terjadinya hadits
Ø  Macam-macam hadits dan pembagiannya

BAB II
PEMBAHASAN

1.   Pengertian Hadits
Secara etimologi hadits mempunyai beberapa arti yaitu:
·         Baru (jadid) lawan dari terdahulu (qodim)
·         Dekat (qorib) lawan dari jauh (baid)
·         Warta berita (khabar)
Sedangkan secara terminologi hadits diberi pengertian yang berbeda-beda:
  • Menurut ahli hadits
Hadits adalah “Segala ucapan, segala perbuatan dan segala keadaan atau prilaku nabi SAW.”[1]
  • Dari kalangan ulama’ ushul
Hadits adalah “Segala perkatan nabi SAW perbuatan dan taqrirnya yang berkaitan dengan hukum syara’ dan ketetapannya.”
Jadi hadits adalah segala sesuatu yang bersumber dari nabi SAW, baik ucapan, perbuatan maupun ketetapan yang berhubungan dengan hukum atau ketentuan-ketentuan Allah yang disyari’atkan kepada manusia.
2.   Awal Terjadinya Hadits
Awal terjadinya hadits menimbulkan kontroversi dikalangan ulama’, diantaranya ada yang berpendapat bahwa hadits nabi mulai terjadi pada masa kenabian (An-Nubuwah), termasuk sifat-sifat luhur nabi yang terlihat sebelum masa kenabian juga menjadi panutan, tapi kegiatan nabi sebelum masa kenabian yang tidak dicontohkan lagi pada masa kenabian tidak menjadi panutan. Missal kegiatan nabi menyepi di gua hiro’. Sebagian ulama’ lagi mengatakan bahwa hadits nabi teleh terjadi sebelum dan dalam masa kenabian.
Kemudian dari kedua pendapat tersebut dapat dilihat bahwa pendapat yang satulah yang lebih kuat yaitu terjadinya hadits nabi mulai dari masa kenabian dengan alasan :
  1. Perintah Allah kepada orang-orang yang beriman untuk meneladani dan menaati Muhammad sebagai rosul Allah, yakni ketika Muhammad dalam masa kenabian.
Firman Allah dalam surat Al-Anfal ayat 20
$pkšr'¯»tƒ šúïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä (#qãèÏÛr& ©!$# ¼ã&s!qßuur Ÿwur (#öq©9uqs? çm÷Ytã óOçFRr&ur tbqãèyJó¡n@ ÇË
Artinya :
 Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan janganlah kamu berpaling dari pada-Nya, sedang kamu mendengar (perintah-perintah-Nya),
  1. Sifat-sifat luhur Muhammad yang tampak sebelum masa kenabian tidak harus disimpulkan bahwa perintah-perintah  mengikuti jejak-jejaknya berlaku sejak sebelum kanabian.
  2. Kegiatan nabi sebelum masa kenabian ada yang tidak diamalkan lagi pada masa kenabian. Misal, kegiatan menyepi di gua hiro’, kegiatan tersebut tidak untuk  diteladani oleh umat Islam, sekiranya untuk diteladani niscaya nabi telah memberikan petunjuk kepada para sohabat untuk  melakukannya. Walaupun demikian berita kegiatan menyepi itu merupakan bagian hadits nabi juga.
  3. Khobar yang berkaitan dengan diri nabi Muhammad banyak termaktub dalam kitab-kitab sejarah tafsir dan hadits.[2]
3.   Macam-Macam Hadits dan Pembagiannya
Hadits ditinjau dari segi kuantitasnya dibagi menjadi dua yaitu hadits Mutawatir dan hadits Ahad.
  1. Hadits Mutawattir
Hadits Mutawatir menurut bahasa adalah beriring-iringan atau berturut-turut antara yang satu dengan yang lainnya, sedang menurut istilah artinya hadits yang diriwayatkan oleh sejumlah rowi, yang menurut adat mustahil mereka bersepakat berbuat dusta, hal tersebut seimbang dari permulaan sanad hingga akhirnya tidak terdapat kejanggalan jumlah pada tiap tingkatan.[3]
Hadits Mutawatir  ini bersandar pada panca indra, biarpun tidak melihat orang yang menyampaikannya. Misal, hanya lewat berita lisan itu tidak masalah, asal yang menyampaikan meyakinkan kebenaran hadits tersebut.
Syarat-syarat hadits Mutawatir adalah :
·         Diriwayatkan oleh sejumlah besar rowi.
·         Adanya keseimbangan antar perowi pada tingkat 1 dengan berikutnya.
·         Berdasarkan tanggapan panca indra.[4]
b.   Hadits Ahad
Hadits Ahad adalah hadits yang tidak meningkat pada drajat mutawatir, hadits yang hanya diriwayatkan oleh satu, dua atau lebih seorang perowi yang jumlahnya tidak memenuhi persyaratan hadits Masyhur dan Mutawatir.
Adapun hadits ini dibagi menjadi tiga :
1)      Hadits Masyhur adalah hadits yang diriwayatkan oleh sekelompok perowi tetapi bilangan atau jumlahnya tidak sampai ukuran bilangan Mutawatir.
2)      Hadits Aziz adalah hadits yang hanya diriwayatkan oleh dua orang perowi.
3)      Hadits Ghoib adalah hadits yang hanya diriwayatkan oleh satu orang perowi.[5]
Hadits ditinjau dari segi kualitas dibagi menjadi tiga yaitu hadits Shoheh, hadits Hasan dan hadits Dhoif.
  1. Hadits Shoheh
Yang dinamakan hadits Shoheh adalah hadits yang bersambung sanadnya, diriwayatkan oleh perowi yang adil lagi dhobid, tidak cacat dan tidak tercela.
Syarat-syarat Hadits Shoheh yaitu :
    • Sanadnya bersambung.
    • Perowinya adil.
    • Perowinya dhobid.
    • Tidak syat.
    • Tidak berillat.[6]
  1. Hadits Hasan
Hadits Hasan adalah hadits yang tinkatannya dibawah hadits Shoheh, yang perowinya sederajad hadits Shoheh.
  1. Hadits Dhoif
Hadits Dhoif adalah hadits yang tidak Shoheh dan tidak hasan, sebab diriwayatkan oleh orang-orang yang tidak memenuhi persyaratan sebagai perowi hadits atau perowinya tidak mencapai tingkatan sebagai perowi hadits Hasan.[7]
.


BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Hadits secara etimologi adalah baru, dekat dan khobar atau warta berita. Sedangkan secara terminologi hadits adalah sesuatu baik itu ucapan, perbuatan dan keadaan atau perilaku yang bersumber dari Muhammad SAW.
Hadits nabi muncul atau mulai ada pada masa kenabian dengan alas an :
1.      Perintah Allah kepada orang mukmin untuk meneladani dan menaati Muhammad sebagai rosul.
  1. Sifat-sifat luhur nabi Muhammad yang sudah tampak sebelum masa kenabian yamg tetap dipelihara hingga masa kenabian.
  2. Banyaknya buku atau kitab yang memuat tentang nabi Muhammad SAW.
Hadits ditinjau dari segi kuantitas terbagi menjadi dua yaitu hadits Mutawatir dan hadits Ahad. Sedangkan ditinjau dari segi kualitas, hadits terbagi menjadi tiga yaitu hadits Shoheh, hadits Hasan dan hadits Dhoif.
Demikian uraian kami tantang hadits nabi dan macam-macam pembagiannya. Karena keterbatasan pengetahuan kami maka saran dan kritik yang membangun dari pembaca kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga bermanfaat.


DARTAR PUSTAKA

Abdusshoma, Muhyddin. 2004. FiqihTtradisional. Malang: Pustaka Bayan.
Ahmad, Muhammad dan Mudzakir, M. 2004. Ulumul Hadis. Bandung:
Pustaka Setia.
http//ilmu hadis.blogspot.com
Ismail, Syuhudi. 1995. Kesahehan Sanad Hadis. Jakarta: PT. Bulan Bintang.
Suparta, Munzier. 2002. Fiqih Tradisionalis. Jakarta: PT. Raja Grafindo


[1] Drs.H.Muhammad Ahmad,Drs.M.Mudzakkir,Ulumul Hadits (Bandung: Puska Setia, 2004)cet III,hal 11.
[2] Prof. Dr HM Syuhudi Ismail  Kesahehan Sanad Hadis (Jakarta: PT Bulan Bintang, 1995) Cet II   Hal. 26
[3] Drs. H. Muhammad Ahmad, Drs. M. Mudzakir, Ulumul Hadits (Bandung: Pustaka Setia 2004) Cet III, Hal. 65-66.
[4] Drs Munzier Suparta, MA Ilmu Hadis (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002) Cet III, Hal. 3-4
[5] http//ilmu hadis.blogspot.com
[6] Drs. Munzier Suparta, MA, Ilmu Hadis (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002) Cet. III, Hal. 130.
[7] Muhyiddin Abdusshomad, Fiqih Tradisionalis (Malang: Pustaka Bayan, 2004)Cet. II, Hal. 49.

Comments

  1. Kalau mau bw dalil alquran tulislah dg bhs arab,jika d tulis dg bhs ajam akan beda cara baca tentu juga beda pengertian

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

EFEKTIVITAS METODE EKSPLORASI MASALAH MATEMATIS DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KOGNITIF PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA

  Abstract Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah metode pembelajaran eksplorasi masalah matematis (EMM) lebih efektif daripada metode pembelajaran demonstrasi dalam pengajaran matematika khususnya bentuk soal cerita pada siswa kelas IV di SD IT Al Anwar Mayong Jepara tahun pelajaran 2018/2019. Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian lapangan (Field Research) dengan pendekatan kuantitatif, desain penelitian eksperimen murni (true experimental). Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD IT Al Anwar Mayong Jepara berjumlah 67 siswa. Sedangkan teknik pengumpulan sampelnya adalah Probability sampling dengan jenis rondom sampling. Selanjutnya dengan taraf kesalahan pengambilan sempel 1% didapatkan 63 sampel. Dimana, hasilnya kelas IV Ar rohim dengan jumlah 32 siswa sebagai kelas eksperimen. Sedangkan untuk kelas kontrol adalah kelas Ar rahman sebanyak 31 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan metode tes, wawancara dan dokumentasi. Setelah dilakuk

Pengaruh Pendekatan Realistic Mathematics Education Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik

Abstract Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui pendekatan Realistic Mathematics Education dan kemampuan berfikir kritis (2) Untuk mengetahui kemampuan berfikir kritis (3) Untuk mengetahui pengaruh pendekatan Realistic Mathematics Education terhadap kemampuan berfikir kritis peserta didik kelas V. Pendekatan penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Sedangkan sesuai jenis penelitian, maka ini adalah penelitian korelasi. Disini peneliti mengambil lokasi di MI NU Tarbiyatul Islam Loram Wetan Jati Kudus. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan metode angket dan tes. Sedangkan teknik analisis data yang dilakukan dengan menggunakan uji hipotesis deskriptif dan uji hipotesis asosiatif. Hasil penelitian yang didapatkan di antaranya yaitu (1) Pendekatan Realistic Mathematics Education sangat efektif karena hasil analisis data menunjukkan bahwa nilai taraf signifikansi pendekatan Realistic Mathematics Education lebih besar dari nilai taraf signifikansi yang

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PSIKOMOTORIK SISWA

  Abstract Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Model pembelajaran student facilitator and explaining pada mat a pelajaran pendidikan agama Islam materi mernahami tatacara sholat jumat di SMP Negeri 5 Blora. 2) Peningkatan kemampuan psikomotorik siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Islam materi memahami tatacara sho1at jumat di SMP Negeri 5 Blora. 3) Model Pembelajaran Student Facilitator And Explaining untuk Meningkatkan Kemampuan Psikomotorik Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam materi Memahami Tatacara Sholat Jum'at di SMP Negeri 5 Blora Metode penelitian yang digunakan dalam peneIitian ini adalah yaitu metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan melalui wawancara terhadap instansi yang terkait yaitu srvw Negeri 5 Blora, mengenai implementasi model pembelajaran student facilitator and explaining untuk meningkatkan kemampu.an psikomotorik siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Islam materi memahami tatacara sholat j