Skip to main content

ULUMUL QUR'AN: WAHYU AL-QUR’AN, PROSES TURUNNYA DAN BEBERAPA ASPEKNYA

WAHYU AL-QUR’AN, PROSES TURUNNYA DAN BEBERAPA ASPEKNYA

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Al-Qur’an adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW, dan itu merupakan kitab suci bagi umat Islam. Selain itu Al-Qur’an juga dimaksudkan sebagai petunjuk seluruh masyarakat dari zaman nabi Muhammad sampai akhir zaman. Kitab ini juga memuat tema-tema yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia, seperti pula hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan antar sesama manusia, dan hubungan manusia dengan lingkungan alam sekitarnya. Maka dari itu wahyu al-Qur’an selain diturunkan kepada diri nabi Muhammad, beliau juga wajib untuk menyampaikan kepada umatnya.
Proses turunnya Al-Qur’an juga melalui beberapa tahap atau secara mutawattir, itu terjadi dalam kurun waktu 23 tahun. Dan dalam kurun waktu tersebut dapat dibagi menjadi dua fase, yaitu ayat-ayat yang turun di Makkah atau sering disebut Makkiyah dan ayat-ayat yang turun di Madinah atau sering disebut Madaniyah. Semua ini membuktikan adanya hubungan dialektis dengan ruang dan waktu ketika ia diturunkan. Dengan demikian studi tentang Al-Qur’an tidak bisa dilepaskan dari konteks kesejarahannya, yang meliputi nilai-nilai sosial, budaya politik, ekonomi, dan nilai religius yang hidup pada masa itu.
Sebagai umat Islam, kita harus tahu dan mau mempelajari Al-Qur’an mulai dari sejarah turunnya Al-Qur’an sampai dengan memahami isi dari kandungan ayat-ayat Al-Qur’an dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

B.       Rumusan Masalah
Dalam penulisan makalah ini penulis akan merumuskan beberapa masalah yang akan dibahas sebagai berikut:
1.    Apa pengertian dari wahyu Al-Qur’an?
2.    Bagaimana proses turunnya Al-Qur’an?
3.    Apa saja aspek-aspek turunnya Al-Qur’an?
BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Wahyu Al-Qur’an
Wahyu secara sistematik berarti isyarat yang cepat termasuk bisikan di dalam hati dan ilham, surat, tulisan dan segala sesuatu yang disampaikan kepada orang lain untuk diketahui.
Adapun secara terminologi wahyu adalah pengetahuan yang didapat seseorang di dalam dirinya serta diyakininya bahwa pengetahuan itu datang dari Allah, baik dengan perantaraan, dengan suara atau tanpa suara, maupun tanpa perantaraan, dengan demikian definisi wahyu yang digunakan dalam Al-Qur’an untuk menunjuk pemberitahuan Allah kepada nabi-nabi sudah berlainan sekali dengan pengertian bahasanya. Jadi wahyu tidak sama dengan ilham dan kasyaf/vision penglihatan batin, perasaan dalam jiwa, dan lain sebagainya.[1]
Dalam pengertian ini dapat dilihat sebagaimana firman Allah  dalam surat As-Syura ayat 51
$tBur tb%x. AŽ|³u;Ï9 br& çmyJÏk=s3ムª!$# žwÎ) $·ômur ÷rr& `ÏB Ç!#uur A>$pgÉo ÷rr& Ÿ@Åöãƒ Zwqßu zÓÇrqãsù ¾ÏmÏRøŒÎ*Î/ $tB âä!$t±o 4 ¼çm¯RÎ) ;Í?tã ÒOŠÅ6ym 
Artinya:
dan tidak mungkin bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata dengan Dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau dibelakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana. (Q.S As-Syura: 51)
Dari ayat di atas dapat diketahui bahwa wahyu yang dikaruniakan kepada manusia ada tiga macam,yaitu: (1) Pewahyuan (menurunkan wahyu), (2) memperdengarkan suara dari belakang, (3) Dengan perantaraan malaikat yang membawa wahyu/jibril.[2]
Al-Qur’an secara keseluruhan diturunkan dalam bentuk wahyu yang ketiga seperti tertera dalam Al-Qu’an surat As-Syura ayat 51 diatas. Artinya Al-Qur’an tidak mengandung wahyu lain, sehingga dapat dikatakan bahwa Al-Qur’an adalah bentuk wahyu yang paling tinggi.
Di dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa Al-Qur’an sepenuhnya berasal dari tuhan dan tidak sedikitpun ada campur tangan nabi Muhammad SAW. Allah bahkan mengancam nabi Muhammad apabila beliau mengada-ada didalam Al-Qur’an, dalam surat Al-Haqqoh Ayat 43-47 Allah berfirman:
×@ƒÍ\s? `ÏiB Éb>§ tûüÏHs>»yèø9$# .  öqs9ur tA§qs)s? $oYøn=tã uÙ÷èt/ È@ƒÍr$s%F{$# .  $tRõs{V{ çm÷ZÏB ÈûüÏJuø9$$Î/ . §NèO $uZ÷èsÜs)s9 çm÷ZÏB tûüÏ?uqø9$# .  $yJsù Oä3ZÏB ô`ÏiB >tnr& çm÷Ztã tûïÌÉf»ym .
Artinya:
ia adalah wahyu yang diturunkan dari Tuhan semesta alam. seandainya Dia (Muhammad) Mengadakan sebagian Perkataan atas (nama) Kami, niscaya benar-benar Kami pegang Dia pada tangan kanannya. kemudian benar-benar Kami potong urat tali jantungnya. Maka sekali-kali tidak ada seorangpun dari kamu yang dapat menghalangi (Kami), dari pemotongan urat nadi itu.(Q.S Al-haqqoh: 43-47)
Sementara itu nabi juga melarang para sahabat menulis teks-teks selain Al-Qur’an. Larangan ini dimaksudkan agar ayat-ayat Al-Qur’an tidak bercampur dengan teks-teks lain, terutama hadits Nabi. Naskah-naskah asli dari penulis Al-Qur’an inilah kemudian dikumpulkan pada masa Abu Bakar dan kemudian ditulis ulang dan digandakan pada masa Khalifah Ustman bin Affan.
Naskah Ustman bin Affan itu kemudian menjadi standar yang terus berlaku sampai sekarang, menurut keyakinan umat Islam, di antara kitab-kitab suci yang diturunkan oleh Allah kepada rosul-rosulnya, satu-satunya kitab suci yang masih terpelihara keasliannya sampai sekarang adalah Al-Qur’an, sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Hijr ayat 9
$¯RÎ) ß`øtwU $uZø9¨tR tø.Ïe%!$# $¯RÎ)ur ¼çms9 tbqÝàÏÿ»ptm: .
Artinya:
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. (Q.S Al-Hijr: 9)
Dengan demikian wahyu Al-Qur’an adalah wahyu yang paling tinggi yang diturunkan oleh Allah kepada nabi Muhammad SAW melalui perantaraan malaikat Jibril dan diturunkan kurang lebih dalam kurun waktu 23 tahun.

B.       Proses Turunnya Al-Qur’an
Al-Qur’an sebagai wahyu ilahi disampaikan kepada nabi Muhammad SAW melalui proses yang disebut Anzil, yaitu proses perwujudan Al-Qur’an dengan cara: Allah mengajarkan kepada malaikat Jibril, kemudian jibril menyampaikannya kepada nabi Muhammad. Ada juga ulama’ yang membedakan antara al-inzal dengan al-tanzil. Yang pertama berarti proses turunnya Al-Qur’an ke lauhil mahfudz, sedangkan yang kedua berarti proses penyampaian Al-Qur’an dari lauhil mahfudz kepada nabi Muhammad melalui malaikat Jibril.[3]
Ada dua cara penyampaian wahyu oleh Malaikat Jibril kepada Rosul:
Pertama, datang dengan suatu suara seperti suara lonceng, yaitu suara yang amat kuat yang dapat mempengaruhi kesadaran, sehingga ia dengan segala kekuatannya siap menerima pengaruh itu.
Kedua, Malaikat Jibril menjelma kepada Rosul sebagai seorang laki-laki. Cara seperti ini lebih ringan daripada cara sebelumnya, karena adanya kesesuaian antara pembicara dengan pendengar. Beliau mendengar apa yang disampaikan pembawa wahyu itu dengan senang, dan merasa tenang seperti seseorang yang sedang berhadapan dengan saudaranya sendiri.[4]
Terdapat beberapa pendapat mengenai proses turunnya Al-Qur’an kepada nabi Muhammad SAW antara lain sebagai berikut:
1.    Al-Qur’an diturunkan sekaligus ke lauhil mahfudz, sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Buruj ayat: 21-22
ö@t/ uqèd ×b#uäöè% ÓÅg¤C .  Îû 8yöqs9 ¤âqàÿøt¤C .
Artinya:
Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al Quran yang mulia. Yang (tersimpan) dalam Lauhil Mahfuzh.
2.     Al-Qur’an diturunkan ke lauhil mahfudz ke langit bumi sekaligus, kemudian diturunkan secara berangsur-angsur kepada nabi Muhammad SAW selama 23 tahun, sebagaimana firman Allah dalam Q.S al-Baqoroh:185
ãöky­ tb$ŸÒtBu üÏ%©!$# tAÌRé& ÏmŠÏù ãb#uäöà)ø9$# Wèd Ĩ$¨Y=Ïj9 ;M»oYÉit/ur z`ÏiB 3yßgø9$# Èb$s%öàÿø9$#ur 4
Artinya:
(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).
Al-Zarqoni dalam Manahil Irfan berpendapat bahwa proses turunnya Al-Qur’an terdiri dari tiga tahapan, yaitu: pertama, turunnya Al-Qur’an ke lauhil mahfudz, kedua, dari lauhil mahfudz ke bayt al-izzah dan ketiga, dari byt al-izzah kepada nabi Muhammad SAW.
Sedangkan turunnya wahyu dikenal melalui beberapa proses, antara lain berupa ilham atau inspirasi dalam bentuk mimpi, seperti kisah nabi Ibrahim menerima perintah lewat mimpi untuk menyembelih anaknya. Biasa juga dengan suara tanpa melihat wujud pembicara, seperti ketika tuhan berbicara kepada nabi Musa AS, dan terkadang berupa kata-kata yang disampaikan lewat utusan khusus tuhan seperti tuhan mengutus jibril untuk menyampaikan wahyu Al-Qur’an kepada nabi Muhammad SAW.[5]
Jumhur ulama’ berpendapat bahwa Al-Qur’an diturunkan kepada nabi Muhammad selama kurang lebih 23 tahun, Al-Qur’an mulai diturunkan ketika nabi Muhammad sedang berkhalwat seorang diri di gua hiro’ pada malam senin tanggal 17 Ramadhan tahun 41 dari kelahiran nabi, bertepatan tanggal 16 Agustus 610 M.
Masa turunnya Al-Qur’an dapat dibagi dalam dua periode, periode pertama disebut periode makkiyah dan periode kedua disebut periode madaniyah. Periode makkiyah yaitu ayat-ayat yang turun pada masa nabi Muhammad masih bermukim di Makkah selama 12 tahun 5 bulan 13 hari, persisnya sejak 17 Ramadhan tahun 41 dari kelahiran hingga permulaan rabiul awwal tahun 54 dari kelahiran nabi. Sedangkan periode madaniyah yaitu ayat-ayat yang turun pada masa nabi Muhammad hijrah ke Madinah yaitu selama 9 Tahun 9 bulan dan 9 hari
Jika direkapitulasi Al-Qur’an yan terdiri dari 30 juz jumlah ayat-ayat makkiyah 19/30 dan ayat-ayat madaniyah sekitar 11/30.[6]
Diturunkannya Al-Qur’an secara berangsur-angsur selama kurang lebih 23 tahun, menandakan bahwa Al-Qur’an mempunyai hubungan dialektis dengan situasi dan tempat ketika ia diturunkan. Tentu saja Al-Qur’an bukan hanya memberi petunjuk bagi masyarakat tempat ia diturunkan, tetapi juga untuk masyarakat sepanjang masa dan di tempat manapun karena itulah ajaran Al-Qur’an bersifat universal.

C.      Aspek-Aspek Turunnya Al-Qur’an
Turunnya Al-Qur’an merupakan peristiwa besar yang sekaligus menyatakan kedudukannya bagi langit dan bumi. Turunnya Al-Qur’an pada lailatul Qodr merupakan pemberitahuan kepada alam samawi yang dihuni pada Malaikat tentang kemuliaan umat Muhammad SAW. Turunnya Al-Qur’an yang kedua kali secara bertahap, berbeda dengan kitab-kitab yang turun sebelumnya yang menimbulkan keraguan terhadapnya sebelum jelas bagi mereka rahasia hikmah Ilahi yang ada di balik itu adalah wahyu turun berangsur-angsur demi menguatkan hati Rosul dan menghibur relevan dengan peristiwa dan kejadian-kejadian yang mengirinya sampai Allah menyempurnakan Agama ini dan mencakup nikmatnya.[7]
1.    Turunnya Al-Qur’an sekaligus
Dalam hal ini para Ulama’ terbagi kepada madzhab pokok
a.    Madzhab pertama, pendapat Ibnu Abbas dan sejumlah ulama’, bahwa: yang dimaksud dengan turunnya Al-Qur’an sekaligus ke Baitul Izzah di langit dunia untuk menunjukkan kepada para Malaikat bahwa betapa besarnya masalah ini. Selanjutnya Al-Qur’an diturunkan kepad nabi secara bertahap selama 23 Tahun sesuai dengan peristiwa-peristiwa yang mengirinya, sejak beliau diutus hingga wafat.[8]
b.    Madzhab kedua, yaitu diriwayatkan Asy-sya’bi bahwa yang dimaksud dengan turunnya Al-Qur’an dimulai pada malam lailatul Qodr di bulan ramadhan, yang merupakan malam yang diberkahi. Kenudian setelah itu turun secara bertahap sesuai dengan berbagai peristiwa yang mengiringinya selama kurang lebih 23 tahun.[9]
Sedangkan pendapat yang kuat adalah, Al-Qur’an itu diturunkan dua kali:
Pertama, diturunkan sekaligus pada Lauhil Mahfudz ke Baitul ‘Izzah di langit Dunia. Dan yang kedua, diturunkan dari langit dunia ke bumi secara berangsur-angsur selama dua puluh tiga tahun.
2.    Turunnya Al-Qur’an secara bertahap
Allah berfirman dalam surat As-Syu’aro’ 192-195
¼çm¯RÎ)ur ã@ƒÍ\tGs9 Éb>u tûüÏHs>»yèø9$# ÇÊÒËÈ   tAttR ÏmÎ/ ßyr9$# ßûüÏBF{$# ÇÊÒÌÈ   4n?tã y7Î7ù=s% tbqä3tGÏ9 z`ÏB tûïÍÉZßJø9$# ÇÊÒÍÈ   Ab$|¡Î=Î/ <cÎ1ttã &ûüÎ7B ÇÊÒÎÈ  
Artinya :
dan Sesungguhnya Al Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas.
Jibril telah menurunkan Al-Qur’an ke dalam hati Rosulullah. Yang dimaksud turunnya bukanlah turunnya yang pertama kali di langit Dunia, tetapi turunnya Al-Qur’an secara bertahap. Al-Qur’an turun berangsur-angsrur selama 23 tahun, 13 tahun di Makkah menurut pendapat yang kuat, dan 10 tahun di Madinah
Allah juga berfirman dalam surat Al-Isra’ 106 yang berbunyi:
$ZR#uäöè%ur çm»oYø%tsù ¼çnr&tø)tGÏ9 n?tã Ĩ$¨Z9$# 4n?tã ;]õ3ãB çm»oYø9¨tRur WxƒÍ\s? ÇÊÉÏÈ  
Artinya :
dan Al Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian.
Maksudnya, kami telah menjadikan turunnya Al-Qur’an secara berangsur-angsur agar kami membacanya kepada manusia secara perlahan dan benar.[10]
Turunnya Al-Qur’an secara berangsur-angsur mempunyai beberapa hikmah. Menurut manna’ al qattan sebagai berikut:
1.    Untuk meneguhkan hati nabi Muhammad. Mengingat watak keras masyarakat yang dihadapai nabi, dengan turunnya Al-Qur’an secara berangsur-angsur memperkuat hati nabi. Tidak sedikit ayat yang secara langsung meminta nabi untuk bersabar dalam mengembangkan misinya.
2.    Sebagai mu’jizat. Mengingat banyaknya tantangan yang dihadapi nabi dari kaum kafir, termasuk pertanyaan-pertanyaan yang berbau memojokkan, seperti tentang hal-hal ghoib, nabi terasa terbantu dengan turunnya ayat yang menjelaskan pertanyaan tersebut.
3.    Untuk memudahkan hafalan dan pemahaman Al-Qur’an, sekiranya Al-Qur’an turun sekaligus, sulit untuk segera dihafal dan dipahami isinya.
4.    Untuk menerapkan hukum secara bertahap. Penghapusan beberapa tradisi masyarakat arab serentak sangat sulit. Dengna proses dan pertahapan, lambat laun masyarakat tersebut lebih bisa menerima hukum-hukum baru dari Al-Qur’an.
5.    Sebagai bukti bahwa Al-Qur’an adalah bukan rekayasa nabi Muhammad atau manusia biasa. Meskipun rangkaian ayat-ayat turun selama 23 tahun tetapi kandungannya tetap konsisten secara keseluruhan.[11]







BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
wahyu adalah pengetahuan yang didapat seseorang di dalam dirinya serta diyakininya bahwa pengetahuan itu datang dari Allah, baik dengan perantaraan. dan Wahyu Al-Qur’an wahyu yang paling tinggi yang diturunkan oleh Allah kepada nabi Muhammad SAW.
Proses turunnya Al-Qur’an kepada nabi Muhammad secara berangsur-angsur, sesuai dengan keadaan yang dialamioleh nabi Muhammad SAW.
Turunnya Al-Qur’an ada yang berpendapat turun sekaligus, dan ada yang berpendapat turun secara berangsur-angsur. Semua itu bukan tanpa alasan karena ada banyak Al-Qur’an dan Hadits yang menerangkan hal tersebut.

B.       Penutup
Dalam penulisan makalah ini mungkin ada kekurangan dalam materi yang kami muat di makalah ini, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk menyempurnakan makalah ini.semoga makalah yang kami buat ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya, terlebih semoga bermanfaat bagi penulis. Amiinn.




DAFTAR PUSTAKA

Syaikh Manna Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta Timur, 2006
M. Quraish Shihab, dkk, Sejarah dan ‘Ulum Al-Qur’an, Pustaka Firdaus: Jakarta, 2001
http://sejarah-turunnya-al-quran.com



[1] M. Quraish Shihab, dkk, Sejarah dan ‘Ulum Al-Qur’an, Pustaka Firdaus: Jakarta, 2001 hal. 48
[2] Ibid, hal. 49
[3] Ibid, hal. 17
[4] Syaikh Manna Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta Timur, 2006, hal. 43
[5] Opcit, M. Quraisy Syihab, hal. 18
[6] Ibid, hal. 19
[7] Opcit, Syaikh Manna Al-Qaththan, hal. 124
[8] http://sejarah-turunnya-al-quran.com
[9] Ibid, hal. 125-126
[10] Ibid, hal. 131
[11] Ibid, hal. 134-147

Comments

  1. Pelajaran dan pendidikan akhlak sangat penting bagi pelajar muslim di seluruh Indonesia. Bagi seorang muslim dan muslimah sudah seharusnya Kita memiliki semangat dan ghirah dalam mempelajari bahasa arab. Terlebih lagi bahasa arab dan wasilah bagi kita dalam mengenal ilmu syari.
    sebutkan adab berpakaian dalam islam Sejarah diturunkannya Al Quran Ufa Bunga SMartphone

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

EFEKTIVITAS METODE EKSPLORASI MASALAH MATEMATIS DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KOGNITIF PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA

  Abstract Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah metode pembelajaran eksplorasi masalah matematis (EMM) lebih efektif daripada metode pembelajaran demonstrasi dalam pengajaran matematika khususnya bentuk soal cerita pada siswa kelas IV di SD IT Al Anwar Mayong Jepara tahun pelajaran 2018/2019. Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian lapangan (Field Research) dengan pendekatan kuantitatif, desain penelitian eksperimen murni (true experimental). Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD IT Al Anwar Mayong Jepara berjumlah 67 siswa. Sedangkan teknik pengumpulan sampelnya adalah Probability sampling dengan jenis rondom sampling. Selanjutnya dengan taraf kesalahan pengambilan sempel 1% didapatkan 63 sampel. Dimana, hasilnya kelas IV Ar rohim dengan jumlah 32 siswa sebagai kelas eksperimen. Sedangkan untuk kelas kontrol adalah kelas Ar rahman sebanyak 31 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan metode tes, wawancara dan dokumentasi. Setelah dilakuk

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PSIKOMOTORIK SISWA

  Abstract Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Model pembelajaran student facilitator and explaining pada mat a pelajaran pendidikan agama Islam materi mernahami tatacara sholat jumat di SMP Negeri 5 Blora. 2) Peningkatan kemampuan psikomotorik siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Islam materi memahami tatacara sho1at jumat di SMP Negeri 5 Blora. 3) Model Pembelajaran Student Facilitator And Explaining untuk Meningkatkan Kemampuan Psikomotorik Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam materi Memahami Tatacara Sholat Jum'at di SMP Negeri 5 Blora Metode penelitian yang digunakan dalam peneIitian ini adalah yaitu metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan melalui wawancara terhadap instansi yang terkait yaitu srvw Negeri 5 Blora, mengenai implementasi model pembelajaran student facilitator and explaining untuk meningkatkan kemampu.an psikomotorik siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Islam materi memahami tatacara sholat j

Pengaruh Pendekatan Realistic Mathematics Education Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik

Abstract Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui pendekatan Realistic Mathematics Education dan kemampuan berfikir kritis (2) Untuk mengetahui kemampuan berfikir kritis (3) Untuk mengetahui pengaruh pendekatan Realistic Mathematics Education terhadap kemampuan berfikir kritis peserta didik kelas V. Pendekatan penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Sedangkan sesuai jenis penelitian, maka ini adalah penelitian korelasi. Disini peneliti mengambil lokasi di MI NU Tarbiyatul Islam Loram Wetan Jati Kudus. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan metode angket dan tes. Sedangkan teknik analisis data yang dilakukan dengan menggunakan uji hipotesis deskriptif dan uji hipotesis asosiatif. Hasil penelitian yang didapatkan di antaranya yaitu (1) Pendekatan Realistic Mathematics Education sangat efektif karena hasil analisis data menunjukkan bahwa nilai taraf signifikansi pendekatan Realistic Mathematics Education lebih besar dari nilai taraf signifikansi yang