Skip to main content

Kriteria Guru PAI Profesional

I. Latar Belakang
Semakin maju suatu masyarakat, semakin dirasakan pentingnya sekolah dan pendidikan secara teratur bagi pertumbuhan dan pembinaan anak dan generasi muda pada umumnya. Pada zaman primitif atau dalam masyarakat yang sangat sederhana, seperti mereka yang hidup di hutan, di pulau terpencil, atau di tempat yang belum mengenal kemajuan sama sekali, memang sekolah tidak diperlukan oleh orangtua, karena mereka secara tidak sengaja akan melatih anak-anaknya dari kecil mengikuti jalan hidupnya, keyakinan agamanya dan keterampilan sederhana yang dimilikinya, misalnya ke sawah, ladang, mencari kayu atau menangkap ikan. Adat istiadat, sopan santun yang berlaku dalam lingkungan, dipelajari oleh anak secara alamiah, dengan meniru, mencoba atau melatih diri tanpa tuntunan yang pasti.
Kehidupan dan pertumbuhan anak yang seperti itu tidak dapat dipertahankan lagi, karena kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah berkembang sebegitu jauh, sehingga kepandaian dan keterampilan tidak mungkin lagi berpindah dari generasi tua kepada generasi muda melalui pengalaman hidup dengan orangtua saja, akan tetapi oleh orang yang mempunyai kemampuan dan keterampilan untuk itu, yaitu guru. Semakin tinggi tingkat sekolah, semakin banyak bidang ilmu dan keterampilan yang harus dimiliki oleh guru, sehingga seorang guru tidak akan mampu menguasai segala macam ilmu dan kepandaian, maka perlu ada keahlian dan orang-orang yang mendalami masing-masing ilmu tersebut.  Salah satu bidang ilmu pengetahuan yang didapatkan sejak tingkat sekolah dasar hingga menengah atas ialah Pendidikan Agama. Di dalamnya terdapat banyak cabang, seperti Pendidikan Agama Islam, Pendidikan Agama Kristen, Pendidikan Agama Katolik, Pendidikan Agama Budha dan Pendidikan Agama Hindu, di mana bidang-bidang Pendidikan Agama tersebut diajarkan dengan bergantung kepada agama yang dipeluk oleh sang peserta didik. Bila peserta didik beragama Islam maka ia akan mendapatkan materi pelajaran Pendidikan Agama Islam. Bila peserta didik beragama Kristen maka ia akan mendapatkan materi pelajaran Pendidikan Agama Kristen. Demikian seterusnya. Seluruh mata pelajaran di atas tentunya memerlukan guru sebagai pihak yang berwenang memberikan pelajaran. Oleh karena itu dalam penelitian kali ini kami akan memfokuskan penelitian pada kriteria guru Pendidikan Agama Islam (PAI) yang profesional. Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan bagaimanakah guru PAI yang profesional itu.


II.  Masalah Penelitan
Kemampuan seorang guru agama dalam kaitannya dengan tugas profesi dapat ditinjau dari beberapa aspek, seperti kemampuan menguasai materi pembelajaran, kemampuan membuat rancangan pembelajaran, kemampuan melaksanakan proses pembelajaran, kemampuan mengelola kelas, kemampuan membuat evaluasi, dan melaksanakan evaluasi, serta kemampuan membimbing siswa dalam menghadapi permasalahan dalam belajar. 
Berkaitan dengan hal di atas, kami bermaksud untuk mengadakan penelitan tentang kriteria guru profesional, khususnya guru Pendidikan Agama Islam (PAI).

III. Fokus Penelitian
Penelitian ini kami fokuskan pada segi profesionalisme guru PAI, dengan membandingkan teori yang ada di buku-buku dengan hasil wawancara.  

IV. Pertanyaan Penelitan
Berdasarkan hal di atas, maka rumusan pertanyaan untuk penelitian ini yaitu, “Apa sajakah kriteria guru PAI profesional itu?”

TEORI

A.  Guru Pendidikan Agama Islam
     Pengertian guru Pendidikan Agama Islam—atau kerap disingkat menjadi guru agama Islam—adalah orang yang memberikan materi pengetahuan agama Islam dan juga mendidik murid-muridnya, agar mereka kelak menjadi manusia yang takwa kepada Allah swt. Di samping itu, guru agama Islam juga berfungsi sebagai pembimbing agar para murid sejak mulai sekarang dapat bertindak dengan prinsip-prinsip Islam dan dapat mempraktikkan syariat Islam (Tim Penyusun Buku Pedoman Guru Agama SD, 1976: 8). Menurut M. Arifin, guru agama Islam adalah orang yang membimbing, mengarahkan dan membina anak didik menjadi manusia yang matang atau dewasa dalam sikap dan kepribadiannya sehingga tergambarlah dalam tingkah lakunya nilai-nilai agama Islam (M.Arifin, 1987: 100)

 Muhammad Athiyah al-Abrasyi, sebagaimana dikutip oleh Samsul Nizar (Nizar, 2002: 4546), memberikan batasan tentang karakteristik guru agama Islam, yaitu:
a.      Memiliki sifat zuhud, yaitu mencari keridaan Allah
b.      Bersih fisik dan jiwanya
c.      Ikhlas dan tidak riya dalam melaksanakan tugasnya
d.      Bersifat pemaaf, sabar, dan sanggup menahan amarah, terbuka, dan menjaga kehormatan
e.      Mencintai peserta didik
f.       Mengetahui karakter peserta didik
g.      Menguasai pelajaran yang diajarkannya dengan profesional
h.      Mampu menggunakan metode mengajar secara bervariasi dan mampu mengelola kelas
i.       Mengetahui kehidupan psikis peserta didik

Sementara itu Abdurrahman al-Nahlawi (al-Nahlawi, 1989: 239-246) memberikan gambaran tentang sifat-sifat pendidik muslim yaitu sebagai berikut :
a.      Hendaknya tujuan, tingkah laku dan pola pikir guru tersebut bersifatrabbani
b.      Hendaknya guru bersifat jujur menyampaikan apa yang diajarkannya
c.      Hendaknya guru senantiasa membekali diri dengan ilmu pengetahuan dan kesediaan untuk    
         membiasakan mengajarkannya
d.      Hendaknya guru mampu menggunakan berbagai metode mengajar secara bervariasi dan 
         menguasainya dengan baik serta mampu memiliki metode mengajar yang sesuai dengan materi 
         pelajaran serta situasi belajar-mengajarnya
e.      Hendaknya guru mampu mengelola siswa, tegas dalam bertindak serta meletakkan berbagai 
         perkara secara profesional
f.       Hendaknya guru mempelajari kehidupan psikis para pelajar selaras dengan masa 
         perkembangannya ketika ia mengajar mereka sehingga guru dapat memperlakukan anak 
         didiknya sesuai dengan kemampuan akal dan kesiapan psikis mereka
g.      Hendaknya guru tanggap terhadap berbagai kondisi dan perkembangan dunia yang 
         mempengaruhi jiwa dan pola berpikir angkatan muda
h.      Hendaknya guru bersifat adil di antara para pelajarnya, artinya guru tidak cenderung kepada 
         salah satu golongan di antara mereka serta tidak mengistimewakan seseorang di antara lainnya.

B.  Guru Profesional
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata profesional artinya bersangkutan dengan profesi, memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya, profesional, mutu kualitas dan tindak-tanduk yang merupakan ciri suatu profesi orang profesional.

Profesi pada hakikatnya adalah suatu pernyataan atau suatu janji terbuka untuk profesional, artinya menyatakan bahwa seseorang itu mengabdikan dirinya pada suatu jabatan atau pelayanan karena orang tersebut merasa terpanggil menjabat pekerjaan itu.

Mengenai istilah profesi ini Everett Hughes menjelaskan bahwa istilah profesi merupakan simbol dari suatu pekerjaan dan selanjutnya menjadi pekerjaan itu sendiri (Piet A. Sahertian, 1994: 26).

Adapun guru profesional ialah guru yang memiliki kemampuan dan keahlian dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal, mengakui dan sadar akan profesinya, memiliki sikap dan mampu mengembangkan profesinya serta ikut serta dalam mengkomunikasikan usaha pengembangan profesi dan bekerjasama dengan profesi lain.


Pengertian guru profesional menurut Mohammad Uzer Usman, sebagaimana dikutip oleh Piet A. Sahertian, adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Atau dengan kata lain, guru profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik,  serta memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya (Piet A. Sahertian, 1994: 26).

Comments

Popular posts from this blog

EFEKTIVITAS METODE EKSPLORASI MASALAH MATEMATIS DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KOGNITIF PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA

  Abstract Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah metode pembelajaran eksplorasi masalah matematis (EMM) lebih efektif daripada metode pembelajaran demonstrasi dalam pengajaran matematika khususnya bentuk soal cerita pada siswa kelas IV di SD IT Al Anwar Mayong Jepara tahun pelajaran 2018/2019. Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian lapangan (Field Research) dengan pendekatan kuantitatif, desain penelitian eksperimen murni (true experimental). Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD IT Al Anwar Mayong Jepara berjumlah 67 siswa. Sedangkan teknik pengumpulan sampelnya adalah Probability sampling dengan jenis rondom sampling. Selanjutnya dengan taraf kesalahan pengambilan sempel 1% didapatkan 63 sampel. Dimana, hasilnya kelas IV Ar rohim dengan jumlah 32 siswa sebagai kelas eksperimen. Sedangkan untuk kelas kontrol adalah kelas Ar rahman sebanyak 31 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan metode tes, wawancara dan dokumentasi. Setelah dilakuk

Pengaruh Pendekatan Realistic Mathematics Education Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik

Abstract Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui pendekatan Realistic Mathematics Education dan kemampuan berfikir kritis (2) Untuk mengetahui kemampuan berfikir kritis (3) Untuk mengetahui pengaruh pendekatan Realistic Mathematics Education terhadap kemampuan berfikir kritis peserta didik kelas V. Pendekatan penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Sedangkan sesuai jenis penelitian, maka ini adalah penelitian korelasi. Disini peneliti mengambil lokasi di MI NU Tarbiyatul Islam Loram Wetan Jati Kudus. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan metode angket dan tes. Sedangkan teknik analisis data yang dilakukan dengan menggunakan uji hipotesis deskriptif dan uji hipotesis asosiatif. Hasil penelitian yang didapatkan di antaranya yaitu (1) Pendekatan Realistic Mathematics Education sangat efektif karena hasil analisis data menunjukkan bahwa nilai taraf signifikansi pendekatan Realistic Mathematics Education lebih besar dari nilai taraf signifikansi yang

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PSIKOMOTORIK SISWA

  Abstract Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Model pembelajaran student facilitator and explaining pada mat a pelajaran pendidikan agama Islam materi mernahami tatacara sholat jumat di SMP Negeri 5 Blora. 2) Peningkatan kemampuan psikomotorik siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Islam materi memahami tatacara sho1at jumat di SMP Negeri 5 Blora. 3) Model Pembelajaran Student Facilitator And Explaining untuk Meningkatkan Kemampuan Psikomotorik Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam materi Memahami Tatacara Sholat Jum'at di SMP Negeri 5 Blora Metode penelitian yang digunakan dalam peneIitian ini adalah yaitu metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan melalui wawancara terhadap instansi yang terkait yaitu srvw Negeri 5 Blora, mengenai implementasi model pembelajaran student facilitator and explaining untuk meningkatkan kemampu.an psikomotorik siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Islam materi memahami tatacara sholat j