Skip to main content

Profesionalisme Guru PAI

BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang Masalah
Dalam sebuah proses pendidikan guru merupakan salah satu komponen yang sangat penting karena yang mampu memahami, mendalami, melaksanakan dan akhirnya mencapai tujuan pendidikan adalah guru, guru juga yang berperan penting dalam kaitannya dengan kurikulum, karena gurulah yang secara langsung berhubungan dengan murid. Demikian guru berperan penting dalam hal sarana, lingkungan, dan evaluasi karena seorang gurulah yang mampu memanfaatkannya sebagai media pendidikan secara langsung bagi muridnya.
Hal tersebut juga berlaku bagi guru PAI yang mengajar Pendidikan Agama Islam harus mampu bekerja dengan profesional meskipun guru PAI terkenal dengan gajinya yang rendah bahkan tidak mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari. Padahal tugas guru sangat berat sekali sebagaimana kepanjangan dari bahasa Jawa seorang yang harus digugu dan ditiru. Digugu maksudnya segala sesuatu yang disampaikan olehnya senantiasa dipercaya dan diyakini kebenaran oleh semua murid, seorang guru harus ditiru artinya seorang guru menjadi suri tauladan bagi murid-muridnya mulai dari cara berpikir, cara bicara, sampai cara berperilaku sehari-hari.
Profesionalisme seorang guru merupakan suatu keharusan dalam mewujudkan sekolah berbasis pengetahuan, yaitu pemahaman tentang pembelajaran, kurikulum, dan perkembangan manusia termasuk gaya belajar. Jadi seorang guru PAI harus dituntut profesionalismenya dalam menjalankan profesinya menjadi guru.
B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas pemakalah mengangkat tiga permasalahan sebagai berikut
1.      Bagaimana pengertian profesionalisme guru PAI ?
2.      Bagaimana kriteria guru PAI yang profesional ?
3.      Bagaimana pengembangan profesionalisme guru PAI ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.      Pengertian Profesionalisme Guru PAI
Profesionalisme berasal dari kata bahasa Inggris professionalism yang secara leksikal berarti sifat profesional. profesionalisme dapat diartikan sebagai komitmen para anggota suatu profesi untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terus-menerus mengembangkan strategi-strategi yang digunakannya dalam melakukan pekerjaan sesuai dengan profesinya itu.[1]
Seorang guru dikatakan profesional bila guru memiliki kualitas mengajar yang tinggi, padahal profesional mengandung makna yang lebih luas dari hanya berkualitas tinggi dalam hal teknis. Guru bukan hanya mengajar, tetapi juga pendidik. Melalui pengajaran guru membentuk konsep berpikir, sikap jiwa dan menyentuh afeksi yang terdalam dari inti kemanusiaan subjek didik.[2]
Guru pendidikan agama Islam (PAI) adalah guru yang mengajar dan membimbing siswa berdasarkan agama Islam. Rumpun mata pelajaran PAI yaitu meliputi: Fiqih, Al-Qur’an Hadits, Aqidah Akhlak dan Sejarah Kebudayaan Islam.
Profesionalisme guru PAI adalah Sifat profesioanal artinya mempunyai kemampuan mengajar yang berkualitas tinggi sesuai dengan bidangnya yang dimiliki guru pendidikan agama Islam.
B.       Kriteria Guru PAI Profesional
Dalam bidang profesi, seorang guru profesional berfungsi untuk mengajar, mendidik, melatih, dan melaksanakan penelitian masalah-masalah kependidikan.[3]



Supaya tercapai tujuan pendidikan, maka seorang guru harus memiliki syarat-syarat pokok:
1.         syarat syakhsiyah (memiliki kepribadian yang dapat diandalkan
2.         syarat ilmiah (memiliki ilmu pengetahuan yang mumpuni)
3.         syarat idhafiyah (mengetahui, menghayati, dan menyelami manusia yang dihadapinya, sehingga dapat menyatukan dirinya untuk membawa anak didik menuju tujuan yang ditetapkan)
Guru yang profesioanal atau bisa dikatakan sebagai guru yang baik mempunyai ciri-ciri sebagai berikut
Ø  Memeiliki kesadaran akan tujuan
Ø  Memiliki harapan akan keberhasilan bagi semua siswa
Ø  Mentoleransi ambiguitas
Ø  Menunjukkan kemauan beradaptasi dan berubah untuk memenuhi kebutuhan siswa
Ø  Merasa tidak nyaman jika kurang mengetahui
Ø  Mencerminkan komitmen pada pekerjaan mereka
Ø  Belajar dari berbagai model
Ø  Menikmati pekerjaan dan siswa mereka[4]
Sedangkan secara umum syarat menjadi guru PAI adalah sebagai berikut :
1.         Sehat jasmani dan ruhani
Dalam mengajar seorang guru harus sehat jasmani dan rohani agar dalam memberikan materi berjalan dengan lanccar dan optimal
2.         Bertaqwa
Sesuai dengan tujuan ilmu pendidikan Islam adalah untuk mendidik anak bertaqwa kepada Allah, jadi seorang guru harus menjadi suri tauladan bagi siswanya untuk bertaqwa kepada Allah.
3.         Berilmu pengetahuan yang luas
Seorang guru harus benar-benar berpengetahuan luas, kuat dalam mengkaji, dan memiliki pemahaman mendalam, sehingga anak didik menghormati dan mempercayainya.
4.         Berlaku adil
Berlaku adil sangat penting, jika tidak akan menimbulkan kecemburuan di antara didik yang akhirnya berdampak negatif terhadap proses pembelajaran
5.         Berwibawa
Berwibawa bisa dilakukan dengan cara bersikap dan berpenampilan yang dapat menimbulkan rasa segan dan rasa hormat, sehingga dengan kewibawaan seperti itu, anak didik merasa memperoleh pengayoman dan perlindungan.
6.         Ikhlas
Menjadi seorang guru harus dilakukan dengan ikhlas, dan semata-mata mengharap keridhoan Allah, dan agar ilmu yang kita ajarkan bisa bermanfaat dan berkah
7.         Mempunyai tujuan yang Rabbani
Jika guru telah mempunyai sifat rabbani, maka dalam segala kegiatan pendidikan anak didiknya akan menjadi Rabbani juga.
8.         Mampu merencanakan dan melaksanakan evaluasi pendidikan
9.         Menguasai bidang yang ditekuni
Kewajiban guru adalah selalu menekuni dan menambah ilmu lagi yang sesuai dengan bidang yang ditekuninya.[5]
C.      Pengembangan Profesionalisme Guru PAI
Tarry S.B. Amran, seorang profesional muda mengatakan bahwa “untuk pengembangan profesionalitas diperlukan KASAH”. Oleh karena itu pengembangan profesionalisme ada lima kata kunci tersebut:
1.         Knowledge (pengetahuan) adalah sesuatu yang didapat dari membaca dan pengalaman. Dalam pengembangan profesionalisme guru, menambah ilmu pengetahuan adalah hal yang mutlak. Kita harus mempelajari segala macam pengetahuan, akan tetapi kita juga harus mengadakan skala prioritas. Bukan berarti kita hanya mempelajari satu disipin ilmu saja namun semakin banyak ilmu pengetahuan yang kita pelajari, semakin banyak pula wawasan kita tentang berbagai ilmu.
2.         Ability (kemampuan) Kemampuan ada dua yaitu yang bisa dipelajari dan yang alamiah. Kemampuan alamiah biasanya bisa dikatakan dengan bakat. Untuk mengembangkan profesionalisme guru harus ditunjang dengan ketekunan dalam mempelajari dan mengasah kemampuannya.
3.         Skill (keterampilan) Ketrampilan mengajar merupakan pengetahuan dan kemampuan yang diperlukan untuk melaksanakan tugas guru dalam pengajaran. Ketrampilan yang harus dimiliki guru adalah guru sebagai pengajar, pemimpin kelas, pembimbing, pengatur lingkungan, partisipan, ekspeditur, motivator, pengajar, evaluator dan guru sebagai konselor.
4.         Attitude (sikap diri) Sikap diri seseorang terbentuk oleh suasana lingkungan yang mengitarinya. Kepribadian bukan terjadi dengan tiba-tiba akan tetapi terbentuk melalui perjuangan hidup yang sangat panjang. Oleh karena itu, sikap diri yang sangat diperlukan dalam pengembangan profesionalisme adalah disiplin yang tinggi, percaya diri yang positif, akrab dan ramah, akomodatif, berani berkata karena benar.
5.         Habit (kebiasaan diri) Kebiasaan adalah suatu kegiatan yang terus menerus dilakukan yang tumbuh dari dalam pikiran. Pengembangan kebiasaan diri harus dilandasi dengan kesadaran bahwa usaha tersebut membutuhkan proses yang cukup panjang.[6]
Selain lima kata kunci di atas pemegang profesi guru harus selalu meningkatkan mutu profesinya, baik dilaksanakan perseorangan ataupun secara bersama-sama. Hal ini sangat penting karena baik buruknya layanan sangat tergantung kepada peningkatan profesinya tersebut.
Adapun untuk meningkatkan mutu profesi guru dapat dilakukan dengan dua cara:
1.         Sendiri-sendiri, yaitu dengan jalan
a.       Menekuni dan mempelajari secara kontinu pengetahuan-pengetahuan yang berhubungan dengan teknik atau proses belajar mengajar secara umum.
b.      Mencari spesialisasi bidang ilmu yang diajarkan
c.       Melakukan kegiatan-kegiatan mandiri yang relevan dengan tugas keprofesiannya
d.      Mengembangkan materi dan metodologi yang sesuai dengan kebutuhan pengajaran.
2.         Secara bersama-samaddapat dilakukan dengan cara misalnya:
a.       Mengikuti berbagai bentuk penataran dan lokakarya
b.      Mengikuti program pembinaan keprofesian secara khusus, misalnya program akta, sertifikasi, dan lain sebagainya.[7]



BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Profesionalisme guru PAI adalah Sifat profesioanal artinya mempunyai kemampuan mengajar yang berkualitas tinggi sesuai dengan bidangnya yang dimiliki guru pendidikan agama Islam.
Kriteia guru yang profesional meliputi: Sehat jasmani dan ruhani, Bertaqwa, Berilmu pengetahuan yang luas, Berlaku adil, Berwibawa, Ikhlas, Mempunyai tujuan yang Rabbani, Mampu merencanakan dan melaksanakan evaluasi pendidikan, Menguasai bidang yang ditekuni
Pengembangan profesionalisme guru PAI yang harus dikembangkan oleh seorang guru PAI adalah KASAH, yang pertama yaitu knowledge (pengetahuan), Ability (kemampuan), skill (kemampuan), attitude (sikap diri), habbit (kebiasaan diri).

B.       Penutup
Demikian makalah yang saya buat, masih banyak kesalahn dan kekurangn. Untuk itu kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca sangat saya butuhkan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Amin..


C.      
DAFTAR PUSTAKA

Mahfud, Agus, 2012. Ilmu Pendidikan Islam Pemikiran Gus Dur, Yokyakarta: Nadi Pustaka.
HAR Tilaar, 2002. Membenahi Pendidikan Nasional, Jakarta: Rineka Cipta.
Nurdin, Muhammad, 2008. Kiat Menjadi Guru Profesional, Yokyakarta: Ar-Ruzz Media.
Danim, Sudarwan, 2013. Pedagogi Andragogi dan Heutagogi, Bandung: Alfabeta.
Danim, Sudarwan, 2002. Inovasi Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia.



[1] Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia, hlm. 23
[2] Agus Mahfud, Ilmu Pendidikan Islam Pemikiran Gus Dur, Yokyakarta: Nadi Pustaka, hlm. 48
[3] HAR Tilaar, Membenahi Pendidikan Nasional, Jakarta: Rineka Cipta, hlm. 88
[4] Sudarwan Danim, Pedagogi Andragogi dan Heutagogi, Bandung: Alfabeta, hlm. 40
[5]  Muhammad Nurdin, Kiat Menjadi Guru Profesional, Yokyakarta: Ar-Ruzz Media, hlm. 130-154
[6] Agus Mahfud, Ilmu Pendidikan Islam Pemikiran Gus Dur, Yokyakarta: Nadi Pustaka, hlm. 52-54
[7] Muhammad Nurdin, Op Cit, hlm.110

Comments

Popular posts from this blog

EFEKTIVITAS METODE EKSPLORASI MASALAH MATEMATIS DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KOGNITIF PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA

  Abstract Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah metode pembelajaran eksplorasi masalah matematis (EMM) lebih efektif daripada metode pembelajaran demonstrasi dalam pengajaran matematika khususnya bentuk soal cerita pada siswa kelas IV di SD IT Al Anwar Mayong Jepara tahun pelajaran 2018/2019. Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian lapangan (Field Research) dengan pendekatan kuantitatif, desain penelitian eksperimen murni (true experimental). Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD IT Al Anwar Mayong Jepara berjumlah 67 siswa. Sedangkan teknik pengumpulan sampelnya adalah Probability sampling dengan jenis rondom sampling. Selanjutnya dengan taraf kesalahan pengambilan sempel 1% didapatkan 63 sampel. Dimana, hasilnya kelas IV Ar rohim dengan jumlah 32 siswa sebagai kelas eksperimen. Sedangkan untuk kelas kontrol adalah kelas Ar rahman sebanyak 31 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan metode tes, wawancara dan dokumentasi. Setelah dilakuk

Pengaruh Pendekatan Realistic Mathematics Education Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik

Abstract Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui pendekatan Realistic Mathematics Education dan kemampuan berfikir kritis (2) Untuk mengetahui kemampuan berfikir kritis (3) Untuk mengetahui pengaruh pendekatan Realistic Mathematics Education terhadap kemampuan berfikir kritis peserta didik kelas V. Pendekatan penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Sedangkan sesuai jenis penelitian, maka ini adalah penelitian korelasi. Disini peneliti mengambil lokasi di MI NU Tarbiyatul Islam Loram Wetan Jati Kudus. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan metode angket dan tes. Sedangkan teknik analisis data yang dilakukan dengan menggunakan uji hipotesis deskriptif dan uji hipotesis asosiatif. Hasil penelitian yang didapatkan di antaranya yaitu (1) Pendekatan Realistic Mathematics Education sangat efektif karena hasil analisis data menunjukkan bahwa nilai taraf signifikansi pendekatan Realistic Mathematics Education lebih besar dari nilai taraf signifikansi yang

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PSIKOMOTORIK SISWA

  Abstract Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Model pembelajaran student facilitator and explaining pada mat a pelajaran pendidikan agama Islam materi mernahami tatacara sholat jumat di SMP Negeri 5 Blora. 2) Peningkatan kemampuan psikomotorik siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Islam materi memahami tatacara sho1at jumat di SMP Negeri 5 Blora. 3) Model Pembelajaran Student Facilitator And Explaining untuk Meningkatkan Kemampuan Psikomotorik Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam materi Memahami Tatacara Sholat Jum'at di SMP Negeri 5 Blora Metode penelitian yang digunakan dalam peneIitian ini adalah yaitu metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan melalui wawancara terhadap instansi yang terkait yaitu srvw Negeri 5 Blora, mengenai implementasi model pembelajaran student facilitator and explaining untuk meningkatkan kemampu.an psikomotorik siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Islam materi memahami tatacara sholat j