BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Manusia adalah makhluk Tuhan yang sempurna, berakal dan
berbudi (Kamus Bahasa Indonesia). Di antara semua makhluk yang Allah ciptakan,
hanyalah manusia yang diciptakan dengan bentuk yang sempurna, sesuai dengan
Firman Allah SWT
لَقَدْ
خَلَقْنَا الإنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ (التين : 4)
Sesungguhnya
Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya (Al-Tiin : 4)
Dilihat dari asal penciptaannya, manusia tersusun dari unsur
bumi dan unsur langit. Unsur bumi karena manusia diciptakan dari sari pati
tanah. Unsur langit karena setelah proses penciptaan fisiknya sempurna, Allah
meniupkan ruh kepadanya. Dari kedua unsur tersebut, manusia disimbolkan dengan
tiga unsur utama, yaitu hati, akal, dan jasad.
B. PERUMUSAN MASALAH
Kehidupan manusia sangat kompleks, sehingga banyak sekali
hal-hal yang berkaitan dengan manusia berupa kebutuhan, fungsi dan tugas
manusia. Maka dalam makalah ini akan dibahas mengenai:
Keutuhan manusia
Kebutuhan manusia
Hakikat manusia
Alam kehidupan manusia
BAB I
KEUTUHAN MANUSIA
Sebagaiman telah dijelaskan di atas bahwa manusia memiliki
tiga unsur utama, yaitu jasad, hati dan akal.
1.
Hati
Rasulullah mengatakan bahwa di dalam jasad ada segumpal
daging. Bila daging itu baik, maka baiklah seluruh jasad. Namun, bila daging
itu rusak, maka rusaklah seluruh jasad. Meskipun hati – secara fisik- sangat
menentukan kesehatan tubuh, namun dilihat dari konteks pembahasan ayat-ayat
maupun hadits nabawi yang berbicara tentang qalbu (hati) yang dimaksud bukan
hati fisis. Ia abstrak, termasuk unsur rohani, yang merasakan haru, bahagia,
suka, duka, sedih, gembira, dan emosi yang lainnya. Hati yang berbolak-balik di
antara berbagai perasaan itu. Karena tidak berada pada satu keadaan itulah
kemudian dinamakan qalb. Berdasarkan termologi bahasa, qalb berasal dari
qalaba yang berarti berbolak-balik. Dalam konteks kekhalifahan, di dalam
hatilah tersimpan potensi besar untuk berniat dan bertekad.
2.
Akal
Imam Ghazali memasukkan akal sebagai bagian dari hati,
sehingga beliau memasukkan tafakkur (kerja akal) ke dalam bab dzikr (yang
merupakan kerja hati). Allah mengatakan bahwa pemahaman merupakan pekerjaan
hati.
......لَهُمْ قُلُوبٌ لا يَفْقَهُونَ
بِهَا ....... (الأعراف : 179)
“………Mereka
mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah)
……” (Al-A’raf: 179)
Akal juga bukan otak, karena otak bahasa arabnya dimagh,
yang ini bersifat fisik. Dengan demikian, akal pn abstrak. Akal termasuk
karunia Allah yang terbesar bagi manusia karena dengan akal inilah manusia
menjadi makhluk yang paling istimewa. Dengan akal itu manusia dapat memahami
berbagai hal yang Allah ajarkan kepadanya. Dalam konteks kekhalifahan, akal
memberi manfaat yang besar kepada manusia dalam bidang ilmu pengetahuan hingga
dapat melakukan pengembangan dan inovasi.
Terlepas dari perbedaan tentang hakikat hati dan akal, yang
jelas kita dapat merasakan keberadaannya. Lebih penting lagi adalah bagaimana
memanfaatkan keduanya secara baik. Dengan hati, manusia bercita-cita,
berobsesi, dan bertekad. Dengan akal ia memperoleh ilmu yang ia gunakan untuk
merencanakan strategi demi mencapai tujuan.
3.
Jasad
Jasad sangat mudah dikenali, karena ia dapat kita lihat dan
kita raba. Karena itu tidak ada perbedaan tentang hakikat jasad ini. Yang
terpenting bagi manusia adalah menggunakannya sebagai pelaksana bagi apa yang
telah ditekadkan oleh hati dan direncanakan oleh akal. Tanpa jasad, tekad dan
pengetahuan hanya akan menjadi impian dan teori yang kosong.
Hati, akal, dan jasad adalah anugerah Allah yang harus
digunakan untuk menjalankan amanah yang langit, bumi, dan gunung tak sanggup
mengembannya. Amanah itu tidak lain adalah ibadah dan khilafah. Yang menjadi
perhatian kita adalah bagaimana manusia menunaikan amanah itu.
Keutuhan manusia secara lahir dengan jasad dan secara bathin
dengan hati dan akal, semuanya tertuju untuk menjalankan beriman dan bertaqwa
untuk menjalankan amanah yang dibebankannya.
BAB II
KEBUTUHAN MANUSIA
A.
KEBUTUHAN INDIVIDU
Zakiyah Darajat sebagaimana yang dikutip oleh Prof. Dr. H.
Ramayulis mengungkapkan bahwa kebutuhan manusia terbagi atas 2 kebutuhan, yaitu
kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder.
Kebutuhan primer yaitu kebutuhan jasmaniyah: makan, minum,
seks dan sebagainya (kebutuhan ini didapat manusia secara fitrah tanpa
dipelajari). Beberapa kebutuhan primer di antaranya:
a. Sandang.
Manusia membutuhkan makanan untuk mendapatkan kekuatan dalam menjalankan segala
aktifitasnya. Sandang yang baik adalah yang memenuhi kriteria empat sehat lima
sempurna. Tapi bukan hanya itu saja, dalam pandangan Islam sandang yang baik
adalah sandang yang sesuai dengan apa yang ditunjukkan dalam syari’at Islam yaitu
halalan (harus halal). Sebagaiman firman Allah SWT:
يَا
أَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي الأرْضِ حَلالا طَيِّبًا وَلا تَتَّبِعُوا
خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ (١٦٨)
Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa
yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan;
karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.
b. Pangan.
Untuk menjaga kehormatan manusia, untuk menghias pribadi, manusia memerlukan
pakaian. Bukan hanya sebagai hal itu saja, tetapi pakaian juga disyari’atkan
oleh agama Islam sebagai alat untuk menutup aurat. Bahkan disebutkan dalam
Al-Qur'an bahwa Allah SWT memerintahkan untuk memakai pakaian yang bagus ketika
hendak beribadah kepada Allah SWT.
يَا
بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلا
تُسْرِفُوا إِنَّهُ لا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ
Hai anak Adam, pakailah pakaianmu
yang indah di Setiap (memasuki) mesjid, Makan dan minumlah, dan janganlah
berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berlebih-lebihan.
(Al-A’raf : 31)
c. Papan.
Manusia memiliki kebutuhan untuk beristirahat setelah melakukan kegiatan
sehari-hari. Rumah untuk tempat tinggal dan menjalani kehidupan keluarga.
d. Kebutuhan
seks. Manusia, terutama pada masa remaja kebutuhan ini demikian menonjolnya
sehingga mendatangkan pengaruh-pengaruh negative, tidak terpenuhinya kebutuhan
seks ini akan mendatangkan gangguan-gangguan kejiwaan dalam tindakan abnormal.
e. Melarikan
diri. Kebutuhan manusia akan perlindungan dan keselamatan jasmani dan rohani.
Usaha menghindarkan diri dari bahaya atau sesuatu yang dianggap berbahaya
merupakan reaksi yang wajar sebagai usaha proteksi.
f. Pencegahan.
Kebutuhan manusia untuk mencegah terjadinya reaksi melarikan dirib. Kebutuhan
ini menyalurkan manusia ke arah penerimaan tantangan dari luar kemudian
menekan, menantang, atau menyalurkannya.
g. Ingin
tahu. Kebutuhan rohani manusia untuk ingin selalu mengetahui latar belakang
kehidupannya. Kebutuhan ini mendorong manusia untuk mengembangkan dirinya
sesuai dengan kodrat kehidupannya. Penyaluran kebutuhan akan rasa ingin tahu
inilah yang telah banyak berperan dalam meningkatkan kebudayaan manusia baik
kebudayaan material dan spiritual.
h. Humor.
Kebutuhan manusia untuk mengendorkan beban kejiwaan yang dialaminya dalam
bentuk verbal dan perbuatan. Sigmund Freud membagi humor atas
a. Aggressive
Wit, yaitu humor yang menyinggung orang
b. Harmsless
Wit, yaitu
humor yang tidak menyinggung orang lain
Kebutuhan sekunder atau kebutuhan rohaniah: jiwa dan sosial.
Kebutuhan ini hanya terdapat pada manusia dan sudah dirasakan sejak manusia
masih kecil. Di antaranya:
1. Kebutuhan
akan rasa kasih sayang
2. Kebutuhan
akan rasa aman
3. Kebuthan
akan rasa harga diri
4. kebutuhan
akan rasa bebas
5. kebutuhan
akan rasa sukses
6. kebutuhan
akan rasa ingin tahu
B. KEBUTUHAN SOSIAL
Kebutuhan sosial manusia tidak disebabkan pengaruh yang
datang dari luar sebagai stimulus seperti layaknya pada binatang. Kebutuhan
sosial pada manusia berbentuk nilai. Jadi kebutuhan itu bukan semata-mata
kebutuhan biologis melainkan juga kebutuhan rohaniah.
Bentuk kebutuhan ini menurut Guilford terdiri dari:
a. Pujian
dan hinaan
bKekuasaan dan mengalah
c. Pergaulan
d. Imitasi dan simpati
e. Perhatian
C. KEBUTUHAN TERHADAP AGAMA
Selain berbagi macam kebutuhan yang disebutkan di atas,
masih ada lagi satu kebutuhan manusia yang sangat perlu diperhatikan, yaitu
kebutuhan beragama, sehingga manusia disebut sebagai makhluk yang beragama (homo
religius). Ahmad Yamanu mengemukakan bahwa tatkala Allah membekali insan
itu dengan nikmat berpikir dan daya penelitian, diberinya pula rasa bingung dan
bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam sekitarnya disamping rasa
ketakutan terhadap rasa keberangan dan kebengisan alam itu. Hal inilah yang
mendorong insan tadi untuk mencari-cari suatu kekuatan yang dapat melindungi
dan membimbingnya disaat-saat yang gawat.
Manusia dimanapun dia berada dan kemanapun mereka hidup
secara kelompok atau sendiri-sendiri telah terdorong ke arah perbuatan dengan
memperagakan diri dalam bentuk pengabdian kepada zat yang Maha Tinggi. Salah
satu cirri fitrah ini ialah, bahwa manusia menerima Allah sebagai Tuhan, dengan
kata lain manusia itu adalah dari asal mempunyai kecenderungan beragama, sebab
agama itu sebahagiaan dari fitrahnya.
Fitrah berarti potensi untuk ber-Islam. Pemaknaan semacam
ini dikemukakan oleh Abu Hurairah bahwa fitrah berarti beragama Islam. Sabda
Nabi SAW:
Bukanlah aku telah menceritakan kepadamu tentang sesuatu
yang Allah telah menceritakan kepadaku dalam kitab-Nya bahwa Allah menciptakan
Adam dan anak cucunya untuk berpotensi menjadi orang-orang Islam yang suci.
(HR. Iyadh ibn
Khumair)
BAB IV
HAKIKAT MANUSIA
A. MAKHLUK INDIVIDUAL
Individu (bahasa Perancis) artinya orang
seorang. Kata ini selalu mengacu pada manusia dan tidak pada yang bukan
manusia; dalam hal ini adalah satu orang manusia. Kata sifatnya adalah individuet
(bahasa Perancis) menunjuk pada satu orang yang sekaligus untuk
membedakannya dengan masyarakat (individu and society), dan juga
dimaksudkan ciri-ciri khas yang melekat pada satu orang tersebut. Ciri-ciri
watak seorang individu yang konsisten, yang memberikan kepadanya identitas yang
khusus, disebut sebagai keperibadian.
Dengan pengalaman yang ada individu akan mencoba
membandingkan satu fenomena dengan fenomena yang lain yang pernah ia
persepsikan, dan akan sampai pada penyusunan suatu penggambaran baru yang
abstrak yang benar-benar berbeda dengan semua fenomena itu. Kemampuan individu
dalam tahap ini dikenal sebagai konsep.
Untuk menjadikan konsep itu lebih hidup, individu akan
berusaha menggabungkannya dengan penggambaran yang sering kita jumpai dalam
kenyataan masyarakat ini, ini disebut dengan fantasi.
Untuk keperibadian selanjutnya adalah perasaan. Perasaan
selalu bersifat subjektif, dan tidak pernah objektif. Oleh karena itu sangatlah
sulit mencari referensinya. Misalnya perasaan bersalah yang ada pada seseorang
akan melahirkan suatu kehendak untuk menebus atau minimal untuk memperkecil
kesalahan itu.
Keperibadian atau keunikan individu ini akan dapat dipahami
dengan mempelajari unsur-unsur yang menyebabkan keunikan tersebut. Menurut
Koentjaraningrat, unsur-unsur keperibadian meliputi pengetahuan, perasaan, dan
dorongan naluri.
Manusia sebagai individu harus bisa menjaga dirinya sendiri
dan harus bisa mengembangkan potensi yang ada dengan memanfaatkan keperibadian
dan keunikan yang dimilikinya.
B. MAKHLUK SOSIAL
Manusia sebagai makhluk sosial bergaul dengan individu lain
sehingga membentuk suatu kelompok yang kemudian memiliki tatanan kehidupan,
norma-norma, dan adat istiadat yang disebut sebagai masyarakat.
Tatanan kehidupan, norma-norma yang mereka miliki itulah
yang menjadi dasar kehidupan sosial dalam lingkungan mereka, sehingga dapat
membentuk suatu kelompok manusia yang memiliki ciri kehidupan yang khas. Dalam
lingkungan itu, antara orang tua dan anak, antara ibu dan ayah, antara kakek
dan cucu. Antara kaum laki-laki dan kaum wanita, larut dalam kehidupan yang
teratur dan terpadu dalam suatu kelompok manusia, yang disebut masyarakat.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita menemukan kenyataan bahwa
manusia sebagai makhluk sosial ada kecenderungan untuk melakukan kesalahan
sesama manusia. Kecenderungan yang bersifat sosial ini selalu timbul pada diri setiap
manusia ada sesuatu saling membutuhkan. Manusia dalam kehidupannya tidak bisa
sendiri-sendiri, pasti membutuhkan pertolongan orang lain. Manusia dengan
berinteraksi dengan yang lain akan dapat menyelesaikan permasalahan yang ada,
baik dengan cara bergotong royong atau dengan melakukan musyawarah bersama
anggota masyarakat yang lain.
C. MAKHLUK CIPTAAN ALLAH
Manusia adalah salah satu makhluk yang diciptakan oleh Allah
SWT. dengan bentuk yang sangat sempurna, berbeda dengan makhluk lain. Dalam
kaitannya manusia sebagai makhluk Allah, maka manusia memiliki kewajiban untuk
mengabdi pada Dzat yang telah menciptakannya. Sebagaimana yang telah
diperintahkan oleh Allah SWT. dalam Al-Qur’an:
وَمَا
خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ
“Dan
aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku.” (Al-Dzariyat : 56)
Bentuk peribadahannya sangatlah banyak, baik dilihat dari
segi fiqih, tauhid, tashawuf, dan lain-lain. Manusia diciptakan oleh Allah
untuk menjadi khalifah di muka bumi.
BAB V
ALAM KEHIDUPAN MANUSIA
Ayat-ayat mengenai kejadian manusia semuanya dalam bentuk
pengajaran dan nasehat yang mengajak manusia memperhatikan periode-periode
janin manusia yang dapat dilihatnya dengan mudah. Dalam ayat-ayat ini dengan
sengaja dinyatakan untuk menunjukkan kekuasaan Tuhan untuk membangkitkan
manusia sesudah mati. Di antara ayat-ayat itu adalah :
فَلْيَنْظُرِ الإنْسَانُ مِمَّ خُلِقَ
(٥)خُلِقَ مِنْ مَاءٍ دَافِقٍ (٦)يَخْرُجُ مِنْ بَيْنِ الصُّلْبِ وَالتَّرَائِبِ
(٧)إِنَّهُ عَلَى رَجْعِهِ لَقَادِرٌ (٨) (الطارق : 5-8)
“Maka hendaklah manusia memperhatikan dari Apakah Dia
diciptakan?Dia diciptakan dari air yang dipancarkan, yang keluar dari antara
tulang sulbi laki-laki dan tulang dada perempuan. Sesungguhnya Allah benar-benar
Kuasa untuk mengembalikannya (hidup sesudah mati).” (Al-Thariq : 5-8)
Kalau kita perhatikan, ayat di atas menunjukkan jalur
kehidupan manusia. Dimulai manusia diciptakan dari sari pati tanah (air mani)
yang kemudian di simpan dalam rahim (alam bathni) sehingga menjadi sosok
manusia yang sempurna dan kemudian lahir ke dunia (alam fana) dan menjalani
kehidupannya.
Dalam kehidupannya, sesuai dengan ayat di atas, manusia
harus sadar bahwa ia diciptakan dari setetes air mani yang sangat hina, maka
tidak sepantasnya ia berbuat dhalim di muka bumi ini. Dan ia pun harus sadar,
bahwa ia akan mengalami kematian dan akan ditanya oleh malaikat munkar dan
nakir di dalam kubur (alam kubur). Dan suatu saat nanti manusia akan
dibangkitkan dari alam kubur untuk menerima balasan atas perbuatan baik dan
buruk selama hidup di dunia, yakni di alam akhirat (alam baqa).
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an in Word softwere
Yasin, Sulkan dan Sunarto Hapsoyo. 1990. Kamus Bahasa
Indonesia. Surabaya : Mekar
Jasiman. Lc. 2005. Syarah Rasmul Bayan Tarbiyah. Solo
: Aulia Press
Langgulung, Hasan Prof. Dr. 2003. Asas-asas Pendidikan
Islam. Jakarta : PT. Pustaka Al-Husna Baru
Noor, M. Arifin Drs. H. 1999. Ilmu Sosial
Dasar. Bandung: CV. Pustaka Setia
Comments
Post a Comment